Senin 07 Jan 2019 01:23 WIB

Nurhadi-Aldo Dinilai Kritik Satir Warga Terhadap Pilpres

Bentuk ekspresi masyarakat yang jengah dengan akrobatik para elit politik.

Rep: Gumanti Awaliyah / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Salah satu meme pasangan calon presiden fiktif Nurhadi-Aldo
Foto: instagram
Salah satu meme pasangan calon presiden fiktif Nurhadi-Aldo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari UIN Jakarta, Adi Prayitno menilai, kemunculan pasangan capres-cawapres fiktif “Nurhadi-Aldo” yang viral di media sosial dinilai sebagai kritik satir masyarakat. Masyarakat, lanjut dia, dinilai sudah jengah atas kampanye Pilpres tahun 2019 yang tidak berkualitas, terjebak pada jargon, serta diksi yang sarkastis.

“Sementara hal yang substansial terkait visi misi dan program kandidat jauh panggang dari api. Karena banyak publik yang tak tau,” ungkap Adi ketika dihubungi Republika, Ahad (6/1).

Viralnya ‘capres-cawapres' fiktif Nurhadi-Aldo juga dapat diartikan sebagai bentuk ekspresi masyarakat yang jengah dengan akrobatik para elit politik. Dimana saat ini, terbelah ekstrim menjadi mazhab Cebong dan Kampret, berebut paling benar, serta klaim paling Islam. 

“Akhirnya kebenaran jadi relatif, bukan realitas objektif. karena kebenaran soal selera cebong dan kampret,” tegas dia.

Kontestasi politik yang kurang sehat seperti demikian, menurut Adi, memang berpotensi besar menimbulkan adu argumen yang tidak berkesudahan hingga perpecahan.

Diketahui, Nurhadi-Aldo adalah pasangan calon presiden dan calon wakil presiden fiktif yang diciptakan sekelompok anak muda. Mereka diusung oleh “Koalisi Indonesia Tronjal Tronjol Maha Asyik". 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement