REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Hasanul Rizqa, Fuji E Permana, Lida Puspaningtyas
Harian Republika memasuki usia ke-26 tahun pada 4 Januari. Sejak kelahirannya, dengan visi menyebarkan kebaikan dan mencegah keburukan, Republika menyuarakan aspirasi keumatan yang di era 1990-an belum terlalu mengemuka.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan, Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat (ormas) Islam besar di Tanah Air turut menyampaikan apresiasi kepada media massa yang lahir pada 1993 itu. Menurut dia, Republika telah berhasil menghadirkan kebaruan perspektif di tengah masyarakat, khususnya umat Islam.
Sebagi lembaga pers, ia berharap Republika terus meningkatkan kualitas pemberitaan yang mencerdaskan kehi dupan bangsa. Republika juga diharapkan tetap menyatu dengan denyut nadi per juangan Islam yang mencerdaskan bangsa dan menebar Islam moderat yang mem bawa rahmat bagi semesta alam.
Dalam menjalani tahun-tahun mendatang, Republika seyogianya semakin meneguhkan posisi sebagai media yang dekat di hati kaum Muslimin. Berbagai tantangan yang terjadi di dunia media dalam era globalisasi hendaknya disikapi dengan semangat berinovasi. "Kami bangga dengan Republika, yang mandiri dan berwawasan keumatan yang tegas serta berwawasan inklusif," ungkap Haedar saat dihubungi di pengujung Desember 2018 lalu.
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie meminta Republika tetap profesional sesuai kode etik jurnalistik dan berjalan di jalan yang lurus. Pers di tahun politik (2019) menghadapi persepsi beragam dari pembaca. Media akan menghadapi pe nilaian dari beraneka sudut pandang yang dipengaruhi hitam putih suasana politik.
Ada pihak yang berpendapat Republika sudah memainkan peran baik, tapi ada pula yang tidak puas. "Yang terpenting redaksi Republika tetap berkomitmen untuk be kerja profesional sesuai dengan kode etik jurnalistik," ungkap Jimly.
Dengan keberpihakan kepada salah satu calon, masyarakat dipaksa oleh ke adaan untuk bersikap hitam putih dalam sudut pandangnya sendiri. ICMI berpesan, Republika sebaiknya bekerja di jalan yang lurus tanpa merasa terganggu oleh keadaan politik yang hitam-putih, sepanjang niat Republika ikhlas untuk umat, bangsa, dan negara.
Saat ini, banyak orang yang senang berbicara tapi enggan mendengar, terma suk melalui media sosial. "Karena itu media konvensional sedapat mungkin mendengarkan semua," ujar Jimly. ICMI juga menyarankan Republika membawa pembaca melihat jauh ke depan dan menyajikan berita yang dapat mence rahkan. Sehingga, pembaca tidak terjebak politik jangka pendek.
Republika edisi ulang tahun ke-26, 4 Januari 2019. (Republika)
Presiden Direktur Karim Consulting Indonesia Adiwarman Karim menilai, Republika selalu memahami perasaan kolektif umat Islam. Hal itu tecermin dari kemam puannya menyuarakan silent majority. "Republika speaks the unspoken," ucap Adiwarman.
Adiwarman berharap analisis ekonomi Republika dipertajam dengan narasumber yang mumpuni. Agar menjadi penyeimbang pembentukan opini masif dari media lain.
Perspektif berita-berita ekonomi dan ekonomi syariah yang Republika bangun janganlah yang membuat Indonesia rendah diri. Seakan-akan Malaysia dan Timur Tengah lebih hebat, padahal kalau dibedah lebih dalam, mereka pun sangat rapuh.
Jangan mengikuti perkataan tentang pangsa pasar keuangan syariah yang masih kecil. Republika harus mencoba memakai indikator lain. "Perspektif yang membesarkan hati gitu lho," kata Adiwarman.
Direktur Center of Islamic Business and Economic Studies (CIBEST) Irfan Syauqi Beik mengakui, untuk isu ekonomi syariah, Republika memimpin, bahkan menye dia kan halaman khusus. "Ini kekuatan Republika dan sesuatu yang sangat saya apresiasi," ungkap Irfan.
Isu-isu ekonomi syariah yang diangkat sangat aktif dan selaras dengan perkembangan, sehingga menjadi sarana edukasi publik. Ia melihat apa yang Republika tulis sangat besar kontribusinya pada perkembangan ekonomi syariah.
Republika juga sangat konsisten dalam menyebarluaskan isu keumatan dan menyampaikan problem dasarnya. Ia berharap hal itu dipertahankan. "Republika harus pertahankan identitas sebagai koran suara umat. Karena saya lihat secara keseluruhan koran umat ini hanya tinggal Republika," ungkap putra dari KH Didin Hafidhuddin itu.
Untuk itu, ia berharap seluruh jajaran Republika menjaga idealisme dan semangat konsisten berpihak pada umat dan bangsa. Selain juga menguatakan daya saing terhadap media lain. n ed: fuji pratiwi