REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG SELATAN - Nelayan di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung hamipr dua pekan ini tidak melaut. Mereka masih takut setelah tsunami terjadi pada Sabtu (22/12) lalu.
"Belum ada nelayan yang melaut, karena masih takut dan gimana mau ke laut perahunya hancur," kata Rasimin nelayan yang tinggal di Desa Way Muli Induk Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan ditemui di desanya, Rabu sore (2/1).
Rasimin mengaku masih trauma dengan kejadian tsunami yang menghempas desanya. "Sebelum tsunami terjadi, lihat gelombang besar biasa, sekarang agak takut," ujarnya.
Akibat tidak melaut, Rasimin sekarang menganggur dan tidak punya pemasukan. Padahal sebelum kejadian tsunami, satu hari dia bisa mendapat pemasukan uang Rp100 ribu dari hasil melaut.
Kuru, juga nelayan di Desa Way Muli Induk mengaku dia dan nelayan lainnya belum ada yang turun ke laut setelah malam kejadian tsunami. Dia menyatakan ingin cepat melaut seperti hari-hari biasa namun kondisi alam yang belum memungkinkan. Dia mengatakan tidak ingin terus-terusan merepotkan orang lain.
"Kita lama-lama kalau diberi terus ya malu," katanya.
Desa Way Muli Induk, Desa Way Muli Timur, Desa Kunjir, Desa Rajabasa, Kecamatan Rajabasa adalah daerah terparah diterjang tsunami. Korban meninggal di sini sebanyak 96 orang, korban luka ringan atau berat 2.729 orang, rumah rusak 559 unit.