REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta mengakui adanya tren penurunan kunjungan wisatawan khususnya di wilayah pesisir pantai. "Kalau di pantai ada imbauan disarankan harus berhati-hati karena ada gelombang tinggi jadi memang (kunjungan wisata) tidak sebanyak tahun lalu," kata Kepala Dinas Pariwisata DIY Aris Riyanta di Yogyakarta, Rabu (2/1).
Menurut Aris, penurunan kunjungan wisata ke pantai lebih banyak dipengaruhi faktor psikologis akibat peristiwa bencana tsunami di Selat Sunda beberapa hari yang lalu. "Saya kira pengaruh psikologis ada, karena saat ini di samping kondisi hujan, juga termasuk gelombang tinggi. Orang ke pantai memang harus berhati-hati," kata dia.
Kendati ada penurunan kunjungan wisata di destinasi pantai selama libur Natal dan Tahun Baru, Aris meyakini penurunan itu tidak signifikan memengaruhi target wisatawan selama 2018. Pada 2018 jumlah wisatawan ditargetkan meningkat 10-15 persen dibandingkan 2017 yakni 46 ribu wisatwan untuk wisatawan mancanegara (wisman), dan 3,6 juta wisatawan nusantara (wisnus).
"Harapan saya bisa mencapai target. Perhitungan sementara belum ada, perkiraannya itu tercapai kalau kita lihat kan meriah. indikasinya Yogyakarta macet, hotel penuh, sudah kelihatan ada peningkatan," kata dia.
Ia optimistis tetap mencapai target wisatawan selama 2018 karena ia yakin wisatawan yang batal mengunjungi pantai beralih ke destinasi wisata lainnya seperti Taman Tebing Breksi, Taman Pintar, Hutan Pinus Mangunan, Keraton serta Malioboro. "Pantai saya kira memang ada suatu kehati-hatian untuk kesana tetapi bukan berarti mengurangi destinasi lain terkunjunungi," kata Aris.
Selain itu, menurut dia, berdasarkan informasi dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY selama libur Natal dan Tahun Baru 2019 okupansi hotel di Yogyakarta juga cukup tinggi. "Banyak hotel-hotel di Yogyakarta yang penuh," kata dia.