Rabu 02 Jan 2019 19:27 WIB

Ditjen Hubud Monitor Aktivitas Gunung Anak Krakatau

Monitor dilakukan setelah PVMBG menaikkan status Anak Gunung Krakatau.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Gita Amanda
Ditjen Hubud monitor berkala status Gunung Anak Krakatau.
Foto: dok. Ditjen Hubud
Ditjen Hubud monitor berkala status Gunung Anak Krakatau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ditjen Perhubungan Udara (Hubud) melakukan monitor berkala terhadap aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK). Ini dilakukan mengingat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menaikkan status GAK ini menjadi level III Siaga.

Ditjen Perhubungan Udara (Hubud) melalui Direktorat Navigasi Penerbangan telah membangun sistem informasi yakni Integrated Webbased aeronautical Information System Handling (I-WISH). Dalam sistem ini, stakeholder menyampaikan informasi yang dikuasai terkait tugas dan fungsi serta kewenangannya dalam hal penanganan abu vulkanik atau yang lebih dikenal dengan Collaborative Decision Making (CDM).

Dirjen Perhubungan Udara, Polana B Pramesti meminta jajarannya untuk intensif memonitor secara berkala sebaran abu vulkanik GAK dan selalu berkoordinasi dengan pihak terkait. "Operasional di bandara terdekat masih berjalan normal namun tetap memonitor informasi yang disampaikan baik dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), BMKG maupun dari source lainnya juga aplikasi I-WISH," ujar Polana dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (2/1).

Selanjutnya, Polana meminta Airnav agar mendistribusikan informasi tersebut melalui Notam kepada maskapai dan bandara. Hingga awal 2019 Ditjen Hubud belum mendapat laporan Notam khusus penutupan bandara dari AirNav Indonesia selaku pengatur lalu lintas udara.

AirNav memilih melakukan pengalihan dan reroute penerbangan melalui Notam A5440/18 perihal penutupan dan reroute. Namun pengalihan dan reroute itu hanya berlangsung beberapa saat, seiring dengan menurunnya aktifitas gunung tersebut.

PVMBG menaikan status GAK ke level III Siaga beberapa waktu lalu, pascatsunami menerjang wilayah sepanjang Selat Sunda. Letusan dan semburan abu vulkanik yang dikeluarkan GAK ini berpotensi membawa dampak terhadap operasional penerbangan di wilayah tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement