REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim gabungan TNI Polri membantah tudingan juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Sebby Sambom, yang menyebut bahwa TNI Polri menyandera pemerintah daerah Nduga di Distrik Yigi, Papua. Polri menyebut itu bagian dari propaganda TPNPB, sedangkan TNI menyatakan masih fokus melakukan pencarian dan evakuasi.
"Itu hanya bagian dari propaganda mereka untuk menarik simpati," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi, Rabu (2/1).
Menurut Dedi, keberadaan Polri-TNI adalah untuk melindungi masyarakat di Nduga dari ancaman kelompok bersenjata. Ini dilakukan setelah adanya pembantaian pekerja pembangunan infrastruktur oleh kelompok bersenjata pada Desember 2018.
Kepala Penerangan Daerah Militer XVII Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi juga membantah tudingan tersebut. Saat ini, TNI masih fokus melakukan pencarian dan proses evakuasi pasca-pembantaian pekerja.
TNI juga mengimbau agar masyarakat yang masih mengungsi di hutan pascakontak tembak TNI/Polri dan kelompok bersenjata untuk kembali ke kampung masing-masing. "Mari kita jalani kehidupan sosial dan ekonomi secara Normal, TNI hadir untuk melindungi Rakyat, TNI tidak akan pernah mengganggu rakyat, yang kita cari adalah para pelaku pelanggaran hukum," ujar Aidi.
Aidi menyebut, masyarakat Mbua, di mana sempat terjadi penyerangan pos TNI pada 3 Desember 2018 lalu pun sudah kembali ke kampung dan hidup secara normal. Dalam keterangan sebelumnya, Jubir TPNPB Sebby Sambom menyebut, pada 28 Desember 2018, rombongan Pemda Nduga disandera oleh TNI-Polri yang berjaga. Rombongan pemerintah itu bergerak untuk mengumpulkan warga Yigi, Nitkuri, dan Mugi yang lari ke hutan setelah terjadi kontak senjata dengan TNI-Polri.