Rabu 02 Jan 2019 10:05 WIB

Harapan Politikus PSI untuk Prabowo pada 2019

Politikus PSI minta Prabowo tidak lagi mengedepankan kebohongan dalam kampanye.

Rep: Mabruroh, Rizkyan Adiyudha/ Red: Ratna Puspita
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto
Foto: Antara/Izaac Mulyawan
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meminta calon presiden (capres) Prabowo Subianto bertaubat memasuki tahun baru 2019. Ia berharap agar capres nomor urut 02 ini tidak lagi mengedepankan kebohongan dalam kampanye.

"Rakyat berhak untuk tidak dibohongi oleh pak Prabowo dan kualitas pilpres juga dipertaruhkan dalam sikap para kandidat berkampanye," kata Juru Bicara PSI, Dedek Prayudi dalam siaran pers pada Rabu (2/1).

Menurut influencer Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin ini, ada tiga kebohongan yang telah dilakukan Prabowo di 2018. Ia menyebutkan tiga kebohongan itu diduga sengaja dilakukan karena miskinnya gagasan pembangunan mereka.

Pertama, pada Juli 2018, Prabowo mengatakan kemiskinan di Indonesia meningkat 50 persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Padahal, data BPS menunjukkan bahwa kemiskinan justru terus menurun, bahkan menyentuh level dibawah 10 persen pada 2018.

"Data Bank Dunia juga memperlihatkan bahwa kemiskinan yang diukur dengan standard pendapatan USD 1,9 menurun secara konstan hingga menyentuh 5,7 persen," ujarnya.

Kemudian, lanjut Dedek pada Oktober 2018 Prabowo menyebut bahwa 99 persen rakyat Indonesia hidup pas-pasan. Prabowo mengaku mengambil data dari Bank Dunia. 

"Faktanya, data Bank Dunia mengungkapkan bahwa kelas menengah di Indonesia pada 2017 berjumlah 53 juta orang. Definisi kelas menengah bagi Bank Dunia adalah mereka berpenghasilan USD 10-50 per hari," paparnya.

Selanjutnya yang ketiga, Dedek menerangkan, Prabowo juga menyebutkan bahwa proyek MRT dan LRT di Indonesia termasuk yang termahal, terutama karena di mark-up. Faktanya, kata Dedek, LRT Jabodetabek maupun Palembang termasuk yang paling murah dibandingkan negara lain, bahkan di Palembang nomor dua terendah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement