Selasa 01 Jan 2019 14:24 WIB

34 Orang Diduga Masih Tertimbun Longsor Sukabumi

Sutopo menyebutkan akibat longsor, sembilan orang meninggal dunia.

Lokasi longsor di Kampung Cimapag Desa Sinaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi Selasa (1/1).
Foto: Republika/Riga Nurul Iman
Lokasi longsor di Kampung Cimapag Desa Sinaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi Selasa (1/1).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian korban yang masih tertimbun longsor di Dusun Garehong, Desa Sirnaresmi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menduga jumlah korban yang masih tertimbun sebanyak 34 orang.

"Evakuasi korban longsor di wilayah Sukabumi terus dilakukan oleh Tim SAR gabungan yang terdiri atas BPBD, TNI, Polri, Basarnas, SKPD, relawan, dan masyarakat," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran pers yang diterima di Bogor, Selasa (1/1).

Data sementara Posko Tanggap Darurat di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok yang diterima BNPB menyebutkan longsor yang terjadi pada Senin (31/12) sore itu, telah menimbun 30 rumah yang dihuni 32 kepala keluarga atau 107 jiwa. Sebanyak 107 jiwa itu dikabarkan tertimbun longsor dan hingga Selasa, 60 orang berhasil diselamatkan. 

Sutopo menyebutkan akibat longsor, sembilan orang meninggal dunia, empat luka-luka, serta 34 orang belum diketahui kabarnya, dan kini masih proses pencarian. Pada Selasa hingga pukul 10.00 WIB ditemukan tiga korban meninggal dunia, yakni satu laki-laki, satu perempuan, dan satu bayi.

Sebelumnya, pada Senin (31/12) malam ditemukan dua korban meninggal dunia. Tim SAR gabungan hingga kini masih melakukan pencarian terhadap puluhan korban yang diduga tertimbun longsor.

Dia menjelaskan pencarian secara manual karena alat berat sulit didatangkan ke lokasi bencana. Sebenarnya, tiga alat berat sudah disiapkan, akan tetapi masih sulit didatangkan ke lokasi karena akses jalan yang sempit, berbukit, dan medannya berat. Ia mengatakan bantuan terus berdatangan akan tetapi terhambat banyaknya masyarakat yang melihat lokasi bencana.

Selain ingin melihat lokasi bencana, masyarakat menengok dan membantu kerabat yang terkena bencana. Menurut dia, kondisi jalan yang sempit menyebabkan bantuan, seperti personel SAR, logistik, dan ambulans terhambat kemacetan.

Ia mengatakan hal serupa juga terjadi saat penanganan bencana, seperti tsunami di Pandeglang dan Serang, longsor Banjarnegera, longsor Brebes, dan jebolnya Situ Gintung. Sutopo mengatakan saat ini longsor susulan masih terjadi meskipun intensitasnya kecil.

Kondisi tanah yang rapuh, terurai, dan berlumpur akibat hujan, kata dia, juga menyebabkan kesulitan Tim SAR dalam melakukan pencarian terhadap korban.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement