REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Republika kembali menggelar Festival Republik untuk mengisi pergantian tahun. Seperti edisi-edisi sebelumnya, selain Jakarta dan Bandung, Festival Republik 2018 turut diselenggarakan di Yogyakarta.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof Yunahar Ilyas mengatakan, umat Islam memang memiliki hitungan tahun tersendiri yaitu Hijriah yang tahun barunya jatuh pada 1 Muharram. Sedangkan, masehi atau miladi merupakan budaya internasional.
Namun, karena masyarakat Indonesia tidak bisa lepas dari budaya internasional, tahun baru masehi atau miladi itu akan lebih baik jika diisi kegiatan-kegiatan alternatif. Ia menilai, budaya memang tidak bisa dilarang, tapi bisa dicarikan alternatif.
Bisa tabligh akbar, pengajian, zikir, muhasabah, doa, dan acara-acara positif lain. Pengisi tausiyah di Festival Republik 2018 di Yogyakarta itu menekankan, sebanyak mungkin masyarakat harus memiliki alternatif sebagai untuk mengisi pergantian tahunnya.
Sebab, Yunahar melihat, jika tidak ada alternatif yang dihadirkan, masyarakat lama-lama tergoda mengisi malam pergantian tahun dengan hura-hura. Tapi, bagi yang tidak merasa perlu ke luar, tentu bisa mengisi malam pergantian tahunnya bermuhasabah.
"Dalam Alquran surat Al Hasyr Ayat 18, kita disuruh melakukan evaluasi terhadap apa yang sudah terjadi kemarin, hendaklah setiap orang menilai dan melihat apa yang sudah dilakukan kemarin," kata Yunahar, kepada Republika.co.id, Ahad (30/12).
Senada, Trainer Emotional Spiritual Quotient (ESQ), Novel Windo menuturkan, pergantian tahun merupakan momentum penting untuk perubahan diri. Momentum itu sekaligus dapat menjadi bagian dalam evaluasi.
Artinya, masing-masing diri harus melihat apa saja yang telah dilakukan sejak Januari sampai Desember. Walau tidak bisa melihat apa yang akan terjadi pada masa mendatang, pergantian tahun itulah saat tepat menentukan arah langkah.
Mulai menentukan titik awal, sampai memutuskan langkah itu akan berakhir di mana. Karenanya, perlu dilakukan evaluasi diri untuk melihat sudah sampai di mana posisi kita, dan hendak meraih apa pada tahun mendatang.
Hal itu yang membuat evaluasi diri, muhasabah dan pemaknaan malam pergantian tahun semakin penting. Ia mengibaratkan, mengisi malam pergantian tahun dengan evaluasi diri seperti wukuf di ibadah haji.
Sebagai rukun wajib, usai wukuf barulah afdol melakukan rukun-rukun lain. Itu berarti, jika tidak melakukan wukuf, tidak memahami jati diri dan mengevaluasi atas yang dilakukan lalu langsung melangkah, langkahnya menjadi tidak terarah.
"Itulah pentingnya muhasabah, dan harus ada perubahan besar yang akan kita lakukan," ujar pengisi sesi muhasabah Festival Republik 2018 di Yogyakarta tersebut.
Ketua Takmir Masjid Al Furqon, Ustaz Fahmi Muqoddas menambahkan, Festival Republik 2018 turut diisi kegiatan-kegiatan bertajuk pemberdayaan sosial. Di antaranya, pemeriksaan kesehatan dan donor darah.
Ia merasa, kegiatan-kegiatan sosial seperti itu semakin penting saat ini ketika kesadaran sosial semakin menipis. Sebab, orang-orang cenderung memikirkan diri, golongan, kelompok dan kepentingannya masing-masing.
Sehingga, jarang yang mampu melakukan proses transendensi untuk melebur dirinya kepada kepentingan yang lebih besar. Karenanya, donor darah menjadi manifestasi kesadaran mengomunikasikan ego pribadi dengan ego-ego lingkungan.
Pemeriksaan kesehatan turut dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Itu sesuai perintah Allah SWT agar generasi mukmin miliki kecemasan andai di belakang mereka akan meninggalkan generasi yang rapuh.
Untuk itu, penting memberikan pendidikan kepada generasi muda dengan kesadaran taqwa kepada Allah SWT. Selain itu, mereka penting diberikan pendidikan nilai-nilai kejujuran sebagai satu prinsip hidupnya.
"Hadits pun mengatakan kalau orang mukmin yang kuat itu lebih bagus dipandangan Allah dibanding orang mukmin yang rapuh," kata Fahmi.
Festival Republik 2018 sendiri mengusung tema Menebar Kebaikan Menguatkan Kepedulian. Di Yogyakarta, Festival Republik 2018 berpusat di Masjid Al Furqon, Nitikan Baru, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, pada 31 Desember 2018.
Gelaran yang berlangsung mulai 19.30-00.00 WIB itu berisi sejumlah kegiatan. Salah satunya tabligh akbar dengan tema Jadikan Momentum Pergantian Tahun dengan Penuh Makna untuk Sebuah Perubahan Besar di Masa Depan.
Tabligh akbar diisi tausiyah-tausiyah dari Prof Yunahar Ilyas, motivator ESQ Ust Novel Windu, Ust Yoppy Alghifari, Ust Aditya Abdurahman dan Ust Akbar Nazari Muhammad.
Ada pula sesi bertajuk satu jam bersama novelis Hanum Rais, bincang-bincang diisi Puput Melati, dialog hijrah dengan Ust Cahyo Ahmad Al Isryad, Ust Hawaariyun dan Ust Toni Tatto.