Sabtu 29 Dec 2018 19:52 WIB

Pemprov Lampung Koordinasi Antisipasi Tsunami Susulan

Pemprov mengkhawatirkan terjadinya megathrust Selat Sunda dan erupsi Anak Krakatau

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sebuah jam yang menunjukkan waktu kejadian tsunami berada di tengah puing reruntuhan bangunan di Desa Kunjir Lampung Selatan, Lampung, Jumat (29/12/2018).
Foto: Antara/Ardiansyah
Sebuah jam yang menunjukkan waktu kejadian tsunami berada di tengah puing reruntuhan bangunan di Desa Kunjir Lampung Selatan, Lampung, Jumat (29/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung menggelar rapat koordinasi  (Rakor) semua elemen terkait untuk mengantisipai bencana gelombang tsunami susulan, mengingat status Gunung Anak Krakatau (GAK) meningkat menjadi Siaga (Level III), Sabtu (29/12). Rakor ini juga mengambil langkah penanggulangan pascamusibah tsunami di Kabupaten Lampung Selatan yang terjadi pada Sabtu pekan lalu.

Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Lampung Hamartoni Ahadis, yang menjadi pimpinan rakor mengatakan, perlu segera dibuat skema dan kiat-kiat untuk menghindari bencana tsunami susulan yang disebabkan oleh erupsi vulkanis GAK yang masih berlangsung hingga saat ini.

"Kita harus waspada dan siaga terutama akan terjadinya megathrust Selat Sunda dan erupsi Anak Krakatau yang berpotensi menyebabkan gelombang tsunami yang dapat melanda daerah pesisir Lampung Selatan, Tanggamus dan Kota Bandar Lampung," kata Hamartoni Ahadis di sela-sela Rakor Antisipasi dan Penanggunlangan Bencana Tsunami di Bandar Lampung, Sabtu (29/12).

Rakor yang dihadiri perwakilan pemkab dan pemkot se-Lampung, BMKG, Korem dan Polda Lampung, menghasilkan langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi bencana tsunami susulan terkait dengan erupsi vulkanis GAK yang berstatus Siaga (Level III). Selain itu, rakor juga membahas penanggulangan pascabencana tsunami di pesisir Kabupaten Lampung Selatan.

Kepada BMKG, Hamartoni berharap untuk secara terus-menerus memberikan informasi kepada masyarakat dan pemerintah setempat mengenai progres aktivitas vulkanis GAK. "Kita harapkan kepada BMKG untuk terus menginformasikan kepada masyarakat mengenai aktivitas GAK dan potensi tsunami," harapnya.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kotabumi Anton Sugiharto mengatakan, perlu imbauan kepada masyarakat terutama yang berada dan bermukim di sekitar pantai dan pesisir di Lampung. Saat ini, karena status GAK menjadi Siaga, kepada masyarakat untuk mengurangai aktivitas di sepanjang pantai sejauh 500 meter hingga satu kilometer. Selain itu, masyarakat juga hendaknya mengevakuasi ke tempat yang lebih aman untuk meminimalisir kejadian.

"Saat ini Gunung Anak Krakatau berada di status Siaga, jadi potensi tsunami masih bisa terjadi, sehingga kita semua baik masyarakat maupun pemerintah daerah harus siap siaga dan waspada untuk hal itu," ujar Anton menegaskan.

Saat ini, ia mengatakan, berdasarkan evaluasi pascabencana tsunami Selat Sunda sudah semakin terkoordinir antarjajaran di lapangan,  meskipun masih banyak terkendala dengan berbagai permasalahan di lapangan.

Komandan Korem 043 Garuda Hitam Kolonel Kav Erwin Djatniko mengatakan, permasalahan di lapangan saat ini, tingginya  intensitas kendaraan relawan sehingga dapat menghambat proses pembersihan puing-puing dan reruntuhan bangunan bekas hantaman gelombang tsunami. Menurut dia, proses pembersihan reruntuhan bekas bangunan rumah dan lainnya, menjadi terhambat karena tingginya lalu lintas kendaraan di lokasi kejadian.

Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan Supriyanto mengatakan, kondisi saat ini seluruh bantuan dari masyarakat dan pemerintah dan swasta, baik perlengakapan, pakaian layak, maupun obat-obatan sudah ditampung di Rumah Dinas Bupati Lampung Selatan.

Menurut dia, bantuan yang terkumpul posko rumah dians tersebut langsung didistribusikan ke tempat-tempat korban dan pengungsi bencana tsunami terutama di daerah terparah terdampak bencana seperti di Desa Way Muli dan Desa Kunjir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement