Sabtu 29 Dec 2018 12:27 WIB

Potensi Tsunami Susulan Akibat Longsoran GAK Relatif Kecil

Letusan saat ini juga hanya bersifat hembusan dan tidak ada laju yang sangat besar.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Endro Yuwanto
Foto Gunung Anak Krakatau diambil pada Ahad (23/12). Krakatau tampak mengeluarkan asap hitam dari puncak kawah.
Foto: AP
Foto Gunung Anak Krakatau diambil pada Ahad (23/12). Krakatau tampak mengeluarkan asap hitam dari puncak kawah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM mengungkap perubahan aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) yang kini berangsur turun. Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo mengatakan, pantauan PVMBG dari Jumat (28/12) sore hingga Sabtu (29/12) saat ini, tidak terdengar dentuman dari GAK.

Selain itu, Purbo mengatakan, letusan Gunung Anak Krakatau saat ini juga bersifat impulsif. "Kalau gunungnya meletus itu langsung lepas, asapnya menggumpal itu lari saja dan di bawahnya tidak ada yang mengikuti. Jadi seperti meletup, selesai. Kalau kemarin kan mengalir terus. Walaupun meletus masih ada asap-asapnya yang mengikuti, sekarang tidak," ujar Purbo dalam keterangannya di Kantor ESDM, Jakarta, Sabtu (29/12).

Baca Juga

Purbo mengatakan, letusan saat ini juga hanya bersifat hembusan dan tidak ada letusan dengan laju yang sangat besar. Menurut dia, pasca-peningkatan aktivitas beberapa waktu lalu, volume GAK mengecil dari tingginya 338 meter menjadi 110 meter. Ia mengungkap, sisa volume tubuh Gunung Anak Krakatau yang terlihat hanya 40 sampai 70 juta meter kubik. "Maka kecil potensinya terjadinya longsoran besar," kata dia.

Apalagi, lanjut Purbo, dengan letusan bertipe surtseyan saat ini membuat potensi terjadinya tsunami relatif kecil. Letusan jenis itu karena terjadi di permukaan air laut, meskipun bisa banyak menghasilkan abu, tapi tidak akan menjadi pemicu tsunami. "Dengan jumlah volume yang tersisa tidak terlalu besar, maka potensi terjadinya tsunami relatif kecil, kecuali ada reaktivasi struktur patahan sesar yang ada di Selat Sunda," jelas dia.

Namun demikian, Purbo menyebut perubahan aktivitas tersebut tidak kemudian menurunkan level Gunung Anak Krakatau. Sebagaimana hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 28 Desember 2018, tingkat aktivitas GAK masih tetap Level III (Siaga). "Sekarang tetap masih siaga. Siaga itu maknanya itu bahwa disarankan tak masuk di lingkungan kompleks Krakatau. Itu sih. Kalau lima kilometer itu kami membayangkannya lima kilo berapa. Pokoknya di dalam yang dibatasi Pulau Krakatau, Sertung, dan Pulau Panjang," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement