REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengklaim abu vulkanis Gunung Anak Krakatau yang menyebar sampai ke Cilegon, Banten tidak membahayakan dan mengganggu masyarakat setempat. Abu vulkanis tersebut disebutnya masih tipis.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengakui, Gunung Anak Krakatau yang terus erupsi dan mengeluarkan abu vulkanis menyebar sejak Rabu (26/12) lalu menuju ke arah timur yaitu Cilegon dan Serang. "Sehingga di daerah itu terjadi hujan abu. Tetapi hujan abu vulkanis di Cilegon tipis, jadi terkena hujan saja langsung hilang dan tidak terlalu mengganggu untuk kesehatan," katanya saat konferensi pers Update H+6 Penanganan Darurat Bencana Tsunami di Selat Sunda, di Jakarta, Jumat (28/12).
Jadi, ia mengklaim dampak hujan abu di Cilegon dan Serang tidak terlalu signifikan baik dilihat dari sisi kesehatan maupun aktivitas masyarakat setempat. Apalagi, ia mengklaim tentara nasional Indonesia (TNI) maupun organisasi-organisasi masyarakat telah membagikan masker di daerah tersebut. Kendati demikian, ia mengimbau masyarakat setempat meminimalkan aktivitas keluar rumah. "Kalaupun masyarakat terpaksa keluar, bisa pakai masker, kacamata," ujarnya.
Sebelumnya Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementrian ESDM Badan Geologi membuat surat edaran No. 4646/45/BGL/2018 tanggal 27 Desember 2018 perihal Peningkatan Status Gunung Anak Krakatau dari Level II (waspada) menjadi Level III (siaga). Sutopo mengakui, aktivitas Gunung Anak Krakatau masih berlanjut.
"Tremor masih terus menerus, letusan strombolian masih berlangsung, setiap menit masih terjadi letusan disertai lontaran batu pijar, lontaran awan panas sampai 20 kilometer dan abu vulkanis mengarah ke barat daya. Karena itu, radius yang ditetapkan status siaga atau level III, jadi lima kilometer dari puncak Gunung Anak Krakatau tidak boleh ada aktivitas," katanya.