Sabtu 29 Dec 2018 06:03 WIB

Penjelasan Pemerintah Cina Soal Muslim Uighur

Pemerintah Cina menegaskan sudah memperlakukan Muslim Uighur dengan baik.

Anak muslim Uighur
Foto:

Kepada PBNU, Cina bersikeras menjelaskan bahwa persoalan di Xinjiang adalah persoalan separatisme. Ada sekelompok orang yang memiliki rencana untuk membuat Xinjiang berpisah dengan Cina.

“Meski demikian, masih ada segelintir oknum yang berencana memisahkan Xinjiang dari Tiongkok dengan menggunakan tindakan kekerasan, bahkan terorisme,” kata dia.

Terkait dengan kelompok-kelompok separatis seperti itu, kata Dubes Qian, Cina mengambil beberapa langkah kebijakan. Di antaranya mengadakan program pendidikan dan vokasi sehingga mereka memiliki keterampilan untuk mendapatkan kerja. “Dan memperoleh pendapatan yang stabil."

Dia mengklaim, program tersebut sukses karena banyak orang yang masuk program pendidikan tersebut memiliki keterampilan dan memperoleh gaji.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyatakan, NU siap menjadi mediator untuk menyelesaikan persoalan antara Pemerintah Cina dan Muslim Uighur di Xinjiang. NU memiliki rekam jejak menjadi juru damai antara dua kelompok yang berkonflik.

Kemarin, Konsul Jenderal Cina di Surabaya, Jawa Timur, juga mengadakan pertemuan dengan Pengurus Wilayah NU Jatim. Dalam penjelasan Konjen Cina juga tetap mengatakan bahwa situasi di Xinjiang kondusif dan ada sebagian Muslim Uighur yang ingin memberontak. Konjen tidak menjelaskan soal kamp reedukasi bagi Uighur.

Sebelumnya, Amnesty International menegaskan Cina harus menghentikan represi yang sistematis kepada Muslim Uighur. Amnesty juga mendesak Cina memberikan penjelasan mengenai nasib sekitar satu juta orang yang mayoritas Muslim yang ditahan secara sewenang-wenang di daerah otonomi Uighur Xinjiang (XUAR).

Menurut Amnesty, pemerintah setempat dalam setahun terakhir meningkatkan kampanye penahanan massal, pengawasan intrusif, indoktrinasi politik, asimilasi paksa terhadap etnis Uighur dan Kazakhs serta kelompok etnis lainnya.

Mayoritas keluarga korban tidak mendapatkan informasi mengenai nasib orang-orang yang mereka cintai. Mereka juga ketakutan untuk berbicara mengenai penahanan tersebut. (ed: satria kartika yudha)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement