REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produk ikan kering Indonesia semakin tinggi peminat. Ikan kering asal Nusa Tenggara Timur (NTT) misalnya, telah mendapat tempat di pasar Timor Leste. Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Kupang mencatat, Semester I (Januari - Juni) 2018 ekspor ikan kering NTT ke negara tetangga itu menyentuh angka 115,3 ton.
Kepala SKIPM Kupang Jimmy Yonathan Elwaren mengatakan, Timor Leste selalu meminta ikan kering NTT setiap bulannya. Sepanjang 2018 ini misalnya, jumlah permintaan dari NTT Januari sebanyak 17 ton, Februari 12,3 ton, Maret 13 ton, April 28,1 ton, Mei 15,9 ton, dan pada Juni sebanyak 29 ton.
"Tak hanya ke Timor Leste, ikan kering asal NTT juga dikirim ke negara tujuan lain seperti Jepang, Thailand, Malaysia, Australia, dan lainnya," ujarnya, Jumat (28/12).
Untuk menghasilkan ikan kering yang bagus, ikan harus diolah secara benar. Untuk mengolahnya, ikan digantung di rak di tepi pantai dan dibantu pengeringannya dengan angin dan udara dingin. Namun di NTT dan beberapa daerah di Pulau Sumatera, pengeringan ikan dilakukan secara tradisionaql dengan memanfaatkan matahari.
"Umumnya ikan yang dikeringkan adalah ikan rucah dengan beragam jenis. Proses produksi Ikan kering tersedia sepanjang waktu, namun jenisnya bervariasi tergantung musim," ujarnya.
Ia menjelaskan Ikan yang akan dikeringkan dibersihkan terlebih dahulu, diberi garam, dan kemudian dikeringkan di atas para-para selama 8-10 jam. Metode ini dinilai murah dan efektif sehingga kerap dilakukan keluarga nelayan di pinggir pantai. Produk ikan kering yang dihasilkan selanjutnya dijual ke pasar atau dijual langsung ke tengkulak.
Meskipun kerap dipandang sebelah mata, industri ikan kering ternyata berperan penting dalam pemenuhan sumber protein dan lemak yang berharga murah bagi masdyarakat. Tak hanya itu, produk ikan kering pun dapat diekspor ke mancanegara.