Kamis 27 Dec 2018 21:30 WIB

Jelang Tahun Baru, Pedagang Terompet Keluhkan Sepi Pembeli

Pedagang mengaku penjualan terompet tak seramai tahun-tahun sebelumnya.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Bayu Hermawan
Warga melintas didepan pedagan terompet kertas di Kawasan Glodok, Jakarta, Rabu (27/12).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Warga melintas didepan pedagan terompet kertas di Kawasan Glodok, Jakarta, Rabu (27/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Empat hari menjelang tahun baru, berbagai pernak-pernik untuk memeriahkan pesta pergantian tahun mulai diburu masyarakat. Namun, penjual terompet di Pasar Pagi Lama, Asemka, Jakarta Barat, justru mengeluh karena sepinya pembeli.

Toto Narto (37), salah satu pedagang terompet di Pasar Pagi Lama Asemka, mengatakan biasanya menjelang sepekan tahun baru para pembeli terompet sudah ramai. Akan tetapi, sudah empat hari lagi menjelang pergantian tahun, pembeli terompetnya tidak ada peningkatan secara signifikan.

"Kalau tahun ini agak kurang. Biasanya tahun-tahun kemarin, tanggal-tanggal sekarang 27 (Desember) gini, seminggu sebelumnya sudah ramai," ujar Toto ditemui Republika.co.id di lapak dagangan terompetnya, Kamis (27/12).

Menurutnya, alasan sepinya pembeli karena masyarakat sedang berduka terhadap bencana yang belakangan terjadi. Toto mengatakan, para penjual terompet di kawasan wisata pantai seperti Anyer biasanya juga membeli terompet di lapaknya.

Ia yang sudah berjualan terompet 10 tahun mengatakan, tiga tahun terakhir ini omzet penjualannya berkurang. Ia menyebut, omzetnya turun drastis hingga mencapai 50 persen. Toto menceritakan, tahun kemarin rumor penyebaran virus melalui terompet menjadi satu sebab penurunan omzet.

Selain itu, menurutnya, sebagian masyarakat juga ada yang tidak merayakan malam pergantian tahun baru. Sehingga, terompet yang akan meramaikan malam tahun baru juga tidak digunakan. Toto mengatakan, hal itu sangat berpengaruh terhadap penjualan terompetnya.

"Tahun kemarin ada isu kayak difteri kalau niup-niup terompet. Terus masyarakat kita juga beda-beda ada yang merayakan ada yang tidak," katanya.

Ia mengatakan, masyarakat yang membeli terompet eceran maupun grosir untuk dijual lagi berkurang tahun ini. Kini, Toto mengandalkan pelanggannya dalam jumlah yang besar dari hotel dan kantor-kantor. Ia menyebut, tiap tahun dirinya mendapatkan pesanan terompet dari pelanggannya tersebut.

"Tetapi kalau buat yang di hotel atau apa yang pasti ada acara itu ada saja. Alhamdulillah kemarin saya dapat pesanan ada yang minta 200, 300 terompet, tetapi itu memang langganan tiap tahun," jelas Toto.

Laki-laki asal Majalengka itu mengatakan, terompet yang ia jual memang hanya terbuat dari kertas karton. Ia tidak menjual terompet yang terbuat dari bahan plastik. Terompet yang ia jual harganya bervariasi dari Rp 5.000 sampai Rp 20 ribu tergantung bentuk dan ukurannya.

"Terompet yang biasa yang pendek itu harganya Rp 5.000 kalau eceran, kalau ada yang beli lusinan harganya itu kena Rp 3.500. Kalau yang paling mahal yang bahannya ada busa-busa itu bentuk naga kalau ngecer Rp 20 ribu," kata dia.

Omzet penjualan terompet yang menurun juga dialami Ade (31). Ia juga mengaku, omzetnya turun sebesar 50 persen. Menurutnya, ketika empat hari menjelang tahun baru seharusnya pembeli sudah mulai ramai. Akan tetapi, sekarang ia tak merasakan peningkatan penjualan secara signifikan.

"Sekarang omzet lagi menurun. Tiap tahun itu pasti turun, makin ke sini sudah makin turun saja, sekarang makin parah," kata Ade.

Ade menjual terompet berbahan kertas karton dan plastik. Menurut dia, terompet karton yang dihiasi dengan kertas hologram warna-warni perlahan tidak diminati lagi. Pembeli terompet itu sebagian besar adalah perusahaan-perusahaan yang sudah menjadi pelanggannya.

Sementara masyarakat yang membeli eceran lebih gemar terhadap terompet plastik itu. Ade menyebut, alasannya karena terompet plastik lebih awet, sedangkan terompet karton mudah rusak dan basah. Selain itu, dilapak Ade, terompet pompa gas (air horn gas) juga yang paling banyak dicari. Terompet yang dibunyikan dengan menggunakan tabung gas.

Kendati demikian, baik Toto maupun Ade berharap, sebelum pergantian tahun baru, pembeli terompet bisa meningkat. Toto dan Ade mengatakan, masih ada tanggal 30 dan 31 Desember yang diperkirakan pembeli akan lebih ramai.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id pada Kamis (27/12), masyarakat memadati kawasan Asemka, Jakarta Barat. Lalu lalang pengunjung diramaikan dengan pedagang yang membunyikan terompet-terompetnya. Kebanyakan dari mereka merupakan pedagang terompet musiman jelang tahun baru.

Selain itu, ada pula pedagang yang menjual kembang api dan petasan. Para pengunjung terlihat membeli kembang api dan petasan dalam jumlah yang banyak tak hanya satuan. Para pedagang mainan pun tak kalah diserbu pembeli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement