Kamis 27 Dec 2018 19:00 WIB

Kesaksian Nelayan di Tengah Laut Saat Tsunami Menerjang

Nelayan mengklaim melihat gelombang tsunami setinggi 15 meter.

Red: Nur Aini
Sejumlah warga terdampak tsunami saat mencari barang berharganya di Desa Way Muli, Kalianda, Lampung Selatan, Selasa (25/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah warga terdampak tsunami saat mencari barang berharganya di Desa Way Muli, Kalianda, Lampung Selatan, Selasa (25/12).

REPUBLIKA.CO.ID, RAJABASA -- Salah satu nelayan di perairan Pantai Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung mengaku menyaksikan gelombang tinggi tsunami menghancurkan tiga desa sekitarnya, yaitu Sukaraja, Kunjir, dan Way Muli.

"Tiang listrik yang ada di pinggir jalan tertutup dengan gelombang laut. Diperkirakan ketinggian mencapai hingga 15 meter," kata Jumani (38 tahun), seorang nelayan di Dusun Kunjir menjelaskan saat ditemui di Pegunungan Rajabasa, Lampung Selatan, Kamis.

Asli, sapaan akrabnya menyebutkan, 30 menit sebelum kejadian dirinya bersama tiga rekannya sedang memancing menggunakan perahu di tengah laut perairan Kunjir. Saat itu, ia melihat dengan jelas semburan dari puncak Gunung Anak Krakatau berupa percikan api.

Gunung Anak Krakatau menyemburkan api sebanyak tiga kali. Setelah itu, gunung berhenti menyembur, dan beberapa menit tidak mengeluarkan aktivitas seperti biasanya.

"Sekitar lima menit berhenti, kemudian datang gelombang air dari arah Barat dengan ketinggian 15 meter. Saya kemudian langsung teriak memberi isyarat kepada warga bahwa ada tsunami. Saya tahu teriakan saya pasti tidak terdengar, tapi saya berupaya agar ada yang mendengar," ujarnya.

Gelombang tsunami menyapu bibir pantai sebanyak tiga kali dengan ketinggian yang sangat dahsyat. Saat gelombang pertama berlalu, air laut dalam keadaan surut sedalam tujuh meter. Pada kedua kalinya, gelombang tsunami kembali menyapu bibir pantai dengan ketinggian melebihi dari gelombang pertama.

"Saat saya berada di tengah air surut sampai tujuh meter. Kemudian keluar air dari karang. Tapi untuk kedua dan ketiga kalinya ini, gelombang laut menyapu dari arah tengah tempat surutnya air itu. Saya dari tengah laut dekat Gunung Rajabasa tidak kelihatan lagi saking tingginya," ujarnya.

Dia menambahkan, kejadian tersebut hanya berlangsung selama 30 menit. Saat terjadi tsunami, dia berada di tengah laut sekitar pukul 21.00 WIB hingga berakhir gelombang laut pada pukul 21.30 WIB.

"Saat kejadian saya menangis memikirkan ibu saya di rumah yang sedang sakit, tapi Alhamdulillah sekali sebanyak 20 keluarga semuanya selamat. Hanya rumah saja yang hancur," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement