Selasa 25 Dec 2018 11:09 WIB

Polisi Selidiki Kerusakan Alat Pemantau Vulkanik Krakatau

Polisi akan berkoordinasi dengan BMKG untuk mengetahui penyebab tsunami.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Teguh Firmansyah
Foto Gunung Anak Krakatau diambil pada Ahad (23/12). Krakatau tampak mengeluarkan asap hitam dari puncak kawah.
Foto: AP
Foto Gunung Anak Krakatau diambil pada Ahad (23/12). Krakatau tampak mengeluarkan asap hitam dari puncak kawah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian akan iktu menyelidiki adanya kerusakan alat pendeteksi aktivitas vulkanik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk memantau Gunung Anak Krakatau. Petugas akan melihat apakah kerusakan itu karena alam atau perbuatan manusia. 

"Polda Banten bekerja sama dengan BMKG, peralatan mana yang rusak, perairan mana ditaruhnya, dari BMKG melihat dulu, kerusakannya itu teknis atau buatan manusia, atau dari alam dulu," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi, Selasa (25/12).

Sensor pemantau aktivitas Gunung Krakatau tidak mencatat adanya aktivitas vulkanik. Padahal yang menjadi penyebab gelombang tsunami di perairan Selat Sunda adalah adanya longsoran vulkanik.

Dedi menyampaikan, penyebab kerusakan itu pun akan didalami oleh kepolisian. Ia masih enggan berspekulasi terkait penyebab tersebut. Namun, polisi akan berkoordinasi dengan BMKG ada dan tidaknya faktor manusia dalam kerusakan tersebut.  "Kalau akibat manusia maka akan dilakukan penyidikan lanjut," kata Dedi menegaskan.

Baca juga, BMKG Pastikan Longsor Gunung Krakatau Sebabkan Tsunami.

Diketahui tsunami terjadi di Selat Sunda pada Sabtu (22/12). Tsunami menghantam pantai di pesisir barat Provinsi Banten dan pesisir selatan Provinsi Lampung. Longsor Vulkanik Gunung Anak Krakatau menjadi penyebab tsunami tersebut.

Hingga Selasa (25/12) pagi, tercatat lebih dari 300 korban meninggal dunia dan ribuan lainnya luka-luka. Personel search and rescue (SAR) gabungan juga masih melakukan pencarian puluhan korban yang hilang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement