REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemandangan berbeda terlihat di Titik Nol Kilometer. Tepat usai shalat Jumat, salah satu titik ikonik di Yogyakarta itu dipenuhi banyak elemen umat Islam yang menyerukan pembelaan terhadap Muslim Uighur.
Sebagian besar masyarakat yang berkumpul memang melaksanakan shalat Jumat di Masjid Gedhe Kauman. Mereka melakukan long march menyusuri Alun Alun Utara menuju Titik Nol Kilometer.
Walau pada rencana awal aksi solidaritas dilangsungkan pada pukul 13.00, aksi ternyata baru bisa dilaksanakan sekitar 14.00. Pasalnya, gelombang masyarakat terus berdatangan dari banyak arah.
Meskipun harus bergeser sedikit ke jalan raya yang ada di persimpangan Alun Alun Utara, aksi terus berlanjut. Masyarakat yang mengikuti aksi bahkan tampak terlihat dari elemen yang sangat beragam.
Hal itu terlihat dari atribut-atribut seperti bendera, banner dan jaket yang mereka kenakan. Tapi, baik berwarna hitam atau putih, semua atribut yang mereka kenakan menampilkan kalimat tauhid.
Hampir semua elemen ormas maupun komunitas Islam yang ada di DIY turut serta dalam aksi ini. Meski padat orang, wisatawan asing baik dari Alun Alun menuju Malioboro maupun sebaliknya tampak tetap nyaman melintas.
Kepala Cabang ACT DIY, Agus Budi Hariyadi mengatakan, aksi ini memang serentak dilakukan di Indonesia. DI Yogyakarta, walau membawa pesan beragam, solidaritas mengusung tema utama Aksi Bela Uighur.
Ia menekankan, mereka yang datang menyuarakan kepedulian untuk saudara-saudara yang ada di Uighur. Sebab, khususnya yang berada di daerah Xinjiang, mereka mengalami kedzaliman yang luar biasa dari pemerintah Cina.
"Untuk menekan pemerintah Cina membuka blokade yang sangat ketat bagi saudara-saudara kita yang ada di Uighur, ini telah dilakukan saudara-saudara kita yang ada di Jepang, AS dan sebagainya," kata Budi kepada Republika.co.id, Jumat (21/12).
Budi merasa, itu semua menjadi energi positif, terlebih saudara-saudara yang nonMuslim di Indonesia maupun dunia telah memberikan dukungannya. Utamanya, untuk mewujudkan pembebasan di Uighur.
ACT sendiri akan mengirimkan Tim Kemanusiaan untuk masuk ke Uighur, dengan konsentrasinya ke Xinjiang. Walau masih melihat situasi mengingat ketatnya penjagaan, Budi menegaskan ACT akan mencari cara masuk ke sana.
Selain itu, mereka akan fokus ke negara-negara yang menampung para pengungsi di Ugihur. Mulai dari Turki, Kirgistan, Kazakstan dan Uzbekistan yang memang jadi penampung pengungsi Uighur terbanyak selama ini.
"Kita akan masuk ke sana memberikan bantuan untuk para pengungsi, sekaligus menggali informasi terkait keadaan di Xinjiang," ujar Budi.
Untuk itu, sejak kemarin, sejumlah elemen komunitas Islam di DIY memang telah melakukan penggalangan donasi. Harapannya, aksi di DIY, Indonesia dan dunia ini mampu memberikan dukungan kepada Muslim Uighur dan menekan pemerintah Cina.