REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan demonstran dukung Uighur melaksanakan ibadah shalat ashar berjamaah di depan Gedung Kedubes Republik Rakyat Cina (RRC) di Jalan Mega Kuningan No 2. Kuningan , Jakarta Selatan, Jumat, (21/12).
Massa aksi berwudhu dengan menggunakan persediaan air minum mereka. Mereka saling membantu satu sama lain untuk mengucurkan air dari botol-botol air mineral saat berwudhu.
Ustaz Bachtiar Natsir menjadi imam untuk shalat ashar berjamaah tersebut. Para jamaah berbaris di sepanjang Jalan Mega Kuningan No 2. Kuningan , Jakarta Selatan tepat menghadap Gedung Kedubes RRC.
Ibadah shalat ashar yang diimami Bachtiar Natsir berlangsung tertib meski menggunakan pengeras suara seadanya (Toa). Setiap mengucapkan takbir dan tahmid Bachtiar mendekatkan pengeras suara ke mulutnya agar dapat didengar oleh para jamaah.
Shalat ditutup dengan doa, aksi kembali dilanjutkan usai shalat ashar berjamaah. Beberapa orator kembali menyampaikan orasinya. Massa aksi kembali berkumpul mendengarkan orasi. Aksi solidaritas untuk umat Islam di Uighur sudah berlangsung sejak pukul 13.00 WIB usai melaksanakan ibadah shalat Jum'at.
Massa aksi duduk bersila memenuhi ruas Jalan Mega Kuningan, Setia Budi, Jakarta Selatan yang berada tepat di gedung Kedubes RRC. Sambil mendengarkan para tokoh yang berorasi di atas mobil komando, teriakan "Allahuakbar" terdengar di sela-sela orasi.
Baca juga, Ini Penjelasan Cina Soal Keprihatinan RI ke Muslim Uighur.
Sementara itu, sejumlah massa yang tergabung dalam Gerakan Solidaritas Muslim menggelar aksi unjuk rasa di depan halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (21/12). Aksi ini dilakukan untuk menyuarakan kecaman terhadap kekerasan yang dialami etnis Muslim Uighur di Xianjiang, Tiongkok.
Jubir Gerakan Solidaritas Muslim Trisna Adi mengatakan krisis kemanusiaan yang dialami Muslim Uighur sudah menyebar luas sejak lama. Pemerintah Cina disinyalir melakukan pembersihan etnis dan ideologi kepada etnis Uighur yang beragama Islam. Pembersihan etnis dan ideologi ini dilakukan dengan kekerasan.
Menurut Trisna hal ini bertentangan dengan hak asasi manusia (HAM). Apalagi Muslim Uighur merupakan penduduk asli Xinjiang yang seharusnya memiliki kebebasan.
"Pembersihan ideologi dilakukan dengan pengekangan hak beragama. Dampak dari pengekangan tersebut sangat dirasakan oleh umat muslim suku Uighur," kata Trisna di sela-sela aksi.