Kamis 20 Dec 2018 18:00 WIB

Sleman Hasilkan 767 Ton Sampah per Hari

Masyarakat diharap mampu mengolah sampah menjadi barang bernilai ekonomi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
 Peluncuran elektronik retribusi (e-retribusi) sampah di Pendopo Parasamya Kabupaten Sleman.
Foto: Wahyu Suryana.
Peluncuran elektronik retribusi (e-retribusi) sampah di Pendopo Parasamya Kabupaten Sleman.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pananggulangan sampah memang terus dilakukan semua elemen yang ada di Kabupaten Sleman, DIY, mulai hulu sampai hilir. Terlebih, Sleman merupakan salah satu kabupaten/kota yang menghasilkan cukup banyak sampah setiap harinya.

Bupati Sleman, Sri Purnomo mengungkapkan, masing-masing individu di Sleman saat ini menghasilkan sekitar 2,5 sampai 2,65 liter sampah per hari. Jika dikalikan jumlah penduduk, ada jumlah sampah yang sangat besar dihasilkan.

"Kita ada sekitar 1,1 juta orang, ditambah mahasiswa sekitar 300 ribu, jadi lebih dari 767 ton sampah per hari," kata Sri, saat memberi sambutan peluncuran aplikasi E-Retribusi di Pendopo Parasamya Sleman, Kamis (20/12).

Ia mengingatkan, problematika sampah di Indonesia saat ini tidak lain semakin banyaknya sampah nonorganik. Bahkan, di kota-kota besar, jika ada toko-toko yang menyediakan kantong plastik akan terkena denda.

Banjir, lanjut Sri, merupakan salah satu dampak jangka pendek yang langsung bisa terlihat akibat banyaknya sampah. Ia mengaku prihatin, sampah-sampah yang terbengkalai malah sudah sampai ke tengah laut.

Kondisi itu membuat pengelolaan sampah menjadi tanggung jawab bersama. Sri merasa, tanpa ada kesadaran bersama itu, Kabupaten Sleman tidak akan bisa mengatasi persoalan sampah dengan baik.

Untuk itu, ia menginisiasi masyarakat agar masing-masing dapat mengelola sampah secara mandiri. Tapi, tidak hanya mengurangi, masyarakat diharap mampu mengolah sampah menjadi barang bernilai ekonomi.

"Sehingga, di tempat-tempat pembuangan sampah tinggal sedikit karena sudah diproses masyarakat," ujar Sri.

Semangat itu pula yang menginspirasi Pemkab Sleman menggelar Penghargaan Prestator Lingkungan Hidup. Penghargaan itu diberikan kepada sekolah-sekolah yang melaksanakan program Adiwiyata.

Program itu bertujuan mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Penghargaan diserahkan Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun, kepada sekolah-sekolah jenjang SD/MI, SMP/MTs serta SMA/MA dan SMK.

Jenjang SD/MI diraih SDN Jetak sebagai juara satu dan SDN Nganggrung sebagai juara dua. Untuk jenjang SMP/MTs, juara satu diraih SMPN 2 Pakem, juara dua diraih SMPN 2 Ngemplak dan juara tiga diraih MTsN 2 Sleman.

Sedangkan, untuk jenjang SMA/MA dan SMK penghargaan diberikan kepada SMAN Prambanan untuk juara satu, MAN 4 Sleman untuk juara dua dan SMAN 1 Godean untuk juara tiga Penghargaan Prestator Lingkungan Hidup.

Bupati Sleman, Sri Purnomo, mengaku bangga atas antusiasme sekolah dan pondok pesantren yang mengikuti program Adiwiyata. Terlebih, program itu menghadirkan kesetaraan tanggung jawab kepada semua elemen.

Mulai guru, murid, santri dan semua elemen-elemen sekolah lain, melalui program itu ditegaskan memiliki tanggung jawab yang sama atas lingkungan sekolahnya. Ia berharap, makin banyak institusi pendidikan yang peduli lingkungan.

"Sebab, tujuannya bukan persaingan, tapi demi menumbuhkan kesadaran semua elemen sekolah untuk terlibat dalam mewujudkan sekolah sehat, dan mengeliminer dampak dari lingkungan yang negatif," kata Sri.

Pada kesempatan yang sama, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman meluncurkan Elektronik Retribusi (E-Retribusi) Sampah atau sistem pembayaran sampah daring. Peluncuran menggandeng Bank BPD DIY Cabang Sleman.

Peluncuran ini disebut sebagai salah satu usaha memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah. Melalui ini, masyarakat tidak lagi perlu repot membayarkan tagihan layanan pengangkutan sampah.

Nantinya, para pengepul sampah dari yang menggunakan gerobak, maupun yang telah berlangganan masyarakat, mereka bisa setor ke depot-depot secara daring. Cukup dari BPD, ATM BPD, atau internet banking.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sleman, Dwi Anta Sudibya menuturkan, e-retribusi memang bertujuan memudahkan pelanggan untuk membayar retribusi. Sebab, selama ini mereka harus datang ke kantor dinas.

"Yang mungkin jaraknya berapa kilometer, belum lagi kalau jalanan macet, jadi ini mempermudah pelanggan kita untuk membayar, sehingga harapannya tidak ada tunggakan-tunggakan retribusi sampah," ujarnya.

Menurut Dwi, pelanggan di Sleman rata-rata merupakan gerobak dan komersial. Hal itu dikarenakan Sleman mengembangkan pelayanan sampah secara tidak langsung ke rumah tangga, tapi melalui jasa tukang gerobak.

Hingga kini, angkutan sampah di Sleman memiliki sebanyak 584 pelanggan, dan dari penggerobaknya sendiri sebanyak 366 pelanggan. Diharapkan, mereka sudah bisa menggunakan e-retribusi sampah yang baru diluncurkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement