REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat politik Universitas Andalas (Unand) Asrinaldi menilai isu soal 'Indonesia punah' yang dilontarkan oleh calon presiden Prabowo Subianto menyasar kelompok masyarakat menengah ke atas. Sebab, ia berpendapat, isu ini tidak 'laku' bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
Ia mengatakan masyarakat menengah ke bawah jauh lebih tertarik dengan isu 'akar rumput' seperti soal bahan pokok stabil atau tidak naik, bagaimana kemiskinan ditekan, dan isu soal lapangan pekerjaan. Menurutnya, isu soal 'Indonesia punah' dianggap terlalu berat bagi kelas menengah ke bawah.
"Kelas menengah bawah tidak jauh berpikir ke sana. Karena memang harus mendapat informasi alternatif terkait dengan apa penyebab punah, kenapa punah, kemudian apa antisipasinya, apakah memang dengan memilih Prabowo keadaan lebih baik," jelas Asrinaldi, Rabu (19/12).
Ia mengingatkan tim pemenangan Prabowo untuk lebih jeli dalam melempar isu selama kampanye, terutama dengan memperhatikan sasaran isu. Namun, Asrinaldi juga berpandangan isu ini sengaja dilempar untuk menarik perhatian dan muncul kesadaran tertentu di tengah masyarakat.
"Sepanjang masyarakat sadar bahwa itu bagian dari kampanye ya masyarakat bersikap juga dengan kampanye yang diberikan itu. Persoalan apakah data itu benar ya itu yang harus dicari masyarakat, apakah benar dengan apa yang dinformasikan Pak Prabowo Indonesia akan punah," katanya.
Bagi tim pemenangan pihak seberang, Jokowi-Ma'ruf, Asrinaldi menilai tak perlu menanggapi isu 'Indonesia punah' tersebut lebih jauh. Menurutnya, tim Jokowi-Ma'ruf harus mampu membangun isu yang lebih menarik bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.
"Misalnya tahun 2019 barangkali akan ditingkatkan kesejahteraan masyarakat dengan program ini, kemudian masyarakat desa akan diberikan ini. Nah isu ini akan lebih tertarik masyarakat kelas bawah akan dibanding isu pak Prabowo yang sangat panjang dan mendalam," katanya.
Sebelumnya, pernyataan tersebut disampaikan Prabowo Subianto saat menyampaikan pidato politik sebagai penutup konferensi nasional (konfernas) Gerindra. Dalam pidatonya itu, mantan danjen Kopassuss ini mengaku kecewa dengan elite politik yang kerap memberikan arahan keliru bagi negara.
Menurut dia, jika sistem keliru itu terus dijalankan maka akan membuat Indonesia menjadi negara lemah. Lebih lanjut, dia memaparkan, hal itu akan berpotensi membuat Indonesia lemah, miskin, tidak berdaya hingga akhirnya punah.
"Sistem ini kalau diteruskan akan mengakibatkan Indonesia lemah, Indonesia semakin miskin, dan semakin tidak berdaya bahkan bisa punah," ujarnya.