Selasa 18 Dec 2018 20:33 WIB

Pelabuhan Boom Baru Palembang Menjadi “Digital Port”

pada pertengahan 2019 pelabuhan Boom Baru akan menerapkan digital port.

Rep: Maspril Aries/ Red: Mohamad Amin Madani
General Manager (GM) PT Pelindo II cabang Palembang Agus Edi Santoso, memberikan penjelasan kepada wartawan tentang aktivitas pelabuhan Boom Baru yang terletak di tepi sungai Musi , Selasa (18/12).
Foto: Republika/Maspril Aries
General Manager (GM) PT Pelindo II cabang Palembang Agus Edi Santoso, memberikan penjelasan kepada wartawan tentang aktivitas pelabuhan Boom Baru yang terletak di tepi sungai Musi , Selasa (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG – Pelabuhan Boom Baru sebagai pelabuhan terbesar di Sumatera Selatan (Sumsel) terus berbenah. Setiap tahun aktivitas pelabuhan di tepi sungai Musi tersebut terus mengalami peningkatan. Untuk mengantisipasi perkembangan dan peningkatan tersebut, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II atau Indonesia Port Company (IPC) cabang Palembang akan menjadikan pelabuhan Boom Baru sebagai digital port

General Manager (GM) PT Pelindo II cabang Palembang Agus Edi Santoso pada media gathering bersama wartawan media nasional, Selasa (18/12) menjelaskan, Pelabuhan Boom Baru, Palembang pada 2019 akan mulai menerapkan digital port.

“Saat ini pelabuhan Boom Baru aktivitasnya terus meningkat, peningkatan tersebut selain mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan juga mengharuskan PT Pelindo II meningkatkan pelayanannya kepada para pengguna fasilitas pelabuhan,” kata Agus Edi Santoso.

Menurutnya, “Saat ini PT Pelindo sudah go digital, pada pertengahan 2019 pelabuhan Boom Baru akan menerapkan digital port. Aplikasi digital akan diterapkan mulai dari kedatangan, bongkar muat, penumpukan hingga sistem yang terhubung secara online di pintu masuk dan keluar pelabuhan.”

Dengan digital port menurut GM PT Pelindo II cabang Palembang, akan  meminimalkan kesalahan dibandingkan manual. “Juga akan mengefisienkan waktu bongkar muat atau dwell time di pelabuhan,” ujarnya.

Pelabuhan Boom Baru Palembang memiliki luas lahan 24 hektare. Menurut Agus Edi, pelabuhan tersebut sudah tidak bisa lagi dikembangkan. Pelabuhan Boom Baru mulai dioperasikan pada masa penjajahan oleh Pemerintah Belanda tahun 1924 – 1942. Pelabuhan Boom Baru memiliki kedalaman kolam 6 – 9 meter dengan panjang dermaga 771 meter.

Sebagai pelabuhan modern, pelabuhan Boom baru memiliki container crane satu  unit SWL 30,5 ton dan dua unit SWL 61 ton. Juga memiliki empat unit gantry jib crane SWL 35 ton dan empat unit reach stacker SWL 45 ton.

“Dari pelabuhan Boom Baru setiap tahun diekspor lima komoditas andalan Sumatera Selatan, yaitu karet, kelapa, CPO, inti sawit dan produk kayu. Karet masih menempati posisi teratas komoditas ekspor. Sampai November 2018 jumlah ekspor karet mencapai 898.563 ton,” kata Agus Edi Santoso.

Pelabuhan Boom Baru juga mencatat peningkatan trafik barang peti kemas dan non  peti kemas pada 2017 dan 2018. Trafik kapal juga mengalami peningkatan, baik kapal luar negeri, kapal dalam negeri, kapal rakyat dan kapal tamu.   

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement