Selasa 18 Dec 2018 10:12 WIB

Investor Malaysia Tertarik Tanam Modal di NTB

Lombok dan Sumbawa memiliki potensi pariwisata dan industri yang sama besarnya.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Dwi Murdaningsih
Pantai Kuta di kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Pantai Kuta di kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TENGAH -- Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Sitti Rohmi Djalillah melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Investasi Komoditas Potensial dengan Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Peradaban Malaysia dan Warisan, Negara Bagian Selangor, Malaysia, Datuk Abdul Rashid Asari di Hotel Novotel, Kuta, Lombok Tengah, Senin (17/12).

MoU ini adalah tindak lanjut atau kunjungan balasan setelah kunjungan kerja sejumlah kepala dinas/ OPD Pemprov NTB ke Selangor pada awal November lalu, sebagai upaya untuk membangun kerja sama Sister Province (Provinsi Kembar) antara NTB dengan Negeri Selangor ataupun Sister City antara Mataram dengan Shah Alam (Ibu Kota negara bagian Selangor).

Dalam kunjungan balasan ke NTB kali ini, Datuk Abdul Rashid ditemani puluhan pengusaha Selangor, yang tertarik mengembangkan bisnisnya ke NTB. Wagub NTB Sitti Rohmi mengundang para tamu untuk tidak ragu berinvestasi di Lombok dan Sumbawa, terutama di bidang pariwisata dan agroindustri di bidang pabrik olahan.

Rohmi menyampaikan, Lombok dan Sumbawa memiliki potensi pariwisata dan industri yang sama besarnya, mulai dari wisata pantai, laut, gunung hingga desa wisata dengan beragam seni budaya.

"Anda-anda semua bisa mengembangkan bisnis dan investasi perhotelan ataupun restoran dan lainnya, dengan kemudahan-kemudahan yang kita fasilitasi. Apalagi NTB juga salah satu daerah perintis Halal Tourism yang Insya Allah cocok dengan para pelancong dari Malaysia," ujar Rohmi.

Dengan kesamaan mayoritas penduduk yang beragama Islam, kata dia, NTB bisa bekerja sama mengembangkan segmen pariwisata. Menurut Wagub, pertemuan digelar di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika menunjukkan keseriusan Pemprov NTB dalam mempersiapkan infrastruktur dan fasilitas pendukung bagi para investor.

Sementara untuk agroindustri dan pengolahan, Rohmi menyatakan potensi-potensi pertanian, peternakan dan perikanan di Lombok maupun Sumbawa sangat terbuka bagi para pengusaha Selangor, misalnya kerja sama ekspor seperti beras dan jagung, bahkan investasi pembangunan pabrik-pabrik atau mesin olahan hasil komoditi pertanian unggulan NTB.

Sementara dalam kerja sama Sister Province, menurut Rohmi, NTB bisa belajar banyak dari Selangor. Salah satunya adalah bahwa Shah Alam sebagai ibukota provinsi Selangor mampu mencapai angka Pendapatan Nasional Produk Domestik Bruto (GDP) tertinggi di Malaysia pada 2016 dan 2017, adalah sesuatu yang bisa dipelajari.

Bagi Datuk Abdul Rashid Asari, dia dan para pengusaha merasa cukup terkesan dengan kesiapan KEK Mandalika saat diajak berkeliling sebelum penandatanganan MoU digelar.

"Keindahan pantai-pantai yang ada di Kuta ini sangat sedap dan indah dipandang. Mirip-miriplah dengan pantai Nusa Jaya di Negeri Johor Malaysia. Selepas pelawatan ini, saya pasti akan meyakinkan para pengusaha Selangor untuk mau menanamkan modal di NTB ini," ujar Rashid.

Terlebih, kata dia, NTB dan Selangor juga punya kesamaan memiliki beragam seni dan budaya, serta tentunya wisata pantai-pantai yang indah. Begitu juga di bidang industri pertanian, perikanan, pengolahan maupun lainnya yang sesuai antara NTB dengan Malaysia.

Abdul Rashid juga menyatakan industri permesinan serta pabrik pengolahan hasil komoditas pertanian maupun perikanan juga menjadi sektor yang siap dijajaki. Sementara dalam kerja sama di bidang nonekonomi, NTB dan Selangor juga akan bekerja sama di sektor pendidikan. Terutama beasiswa bagi mahasiswa-mahasiswi NTB ke sejumlah universitas ternama di Malaysia, salah satunya di Negara Bagian Selangor.

"Rencananya, Pemprov NTB akan mengirimkan 500 hingga 1000 mahasiswa untuk melanjutkan studi sarjana maupun pascasarjana di Malaysia," kata Rashid.

Sedangkan kerja sama jangka pendek dalam konteks rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa NTB adalah penggunaan teknologi rumah tahan gempa Rumah Instan Baja (Risba) yang juga dikembangkan di Malaysia. Tentunya yang memenuhi standarisasi dan sertifikasi yang disyaratkan oleh Kementerian PUPR RI.

Langkah awal kerja sama di bidang pengembangan RISBA adalah kunjungan sebagian pengusaha RISBA asal Selangor ke STIP (Science Techno and Industrial Park) Banyumulek Mataram, sebagai langkah penjajakan kesesuaian spesifikasi dan standarisasi produk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement