REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatra Barat memproyeksikan ekonomi Sumbar mampu tumbuh dalam rentang 4,9 persen hingga 5,3 persen pada 2019 nanti. Kepala BI Sumbar Endy Dwitjahjono menyebutkan, sejumlah faktor yang menjadi bahan bakar pertumbuhan ekonomi tahun depan adalah terjaganya permintaan domestik, masifnya penyaluran bantuan pemerintah, dan perbaikan kebijakan perdagangan internasional.
Sementara dari sisi lapangan usaha, ujar dia, pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat tahun 2019 masih akan ditopang oleh kinerja pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan. Endy menyebut, tekanan inflasi di tahun 2019 diprakirakan moderat dan tetap terkendali. Laju inflasi Sumbar tahun 2019 diprakirakan berada dalam rentang 3,5+1 persen (yoy).
"Ke depan, kami optimis pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat akan lebih baik dibandingkan saat ini," kata Endy, Senin (17/12).
Meski begitu, Endy menggarisbawahi sejumlah faktor risiko yang masih membayangi perekonomian Sumbar tahun 2019 nanti. Risiko yang berpotensi muncul salah satunya adalah tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang diyakini akan turut memberikan tekanan inflasi dari sisi permintaan.
Selain itu, adanya prakiraan kenaikan harga minyak internasional yang akan ditransmisikan ke BBM domestik dapat memberi tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan maupun transportasi melalui jalur kenaikan biaya transportasi dan ekspektasi inflasi. Bi juga melihat gejolak harga berpotensi muncul akibat faktor pergeseran pola tanam, gangguan pada jalur distribusi bahan pokok, dan perubahan iklim.
"Kuncinya adalah sinergi kebijakan ekonomi antara Pemda dan berbagai otoritas terkait. Optimisme dan persepsi positif perlu terus kita perkuat untuk menyongsong masa depan ekonomi yang lebih baik," kata Endy.
Baca juga: Korupsi Bupati Cianjur Mencoreng Dunia Pendidikan
Baca juga: Rekonstruksi Kasus Pengeroyokan TNI Menyisakan Pertanyaan