Selasa 18 Dec 2018 05:10 WIB

Jelang Natal, Harga Telur dan Ayam Makin Naik

Penyebab kenaikan harganya disebut terkait pakan ternak.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andi Nur Aminah
Ilustrasi peternakan ayam petelur
Ilustrasi peternakan ayam petelur

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat mengakui menjelang Hari Natal dan Tahun Baru 2019 ada kenaikan beberapa komoditas pangan. Namun, kenaikannya dinilai masih wajar. Menurut Kepala DKPP Jabar Dewi Sartika, komoditas yang mengalami kenaikan tersebut adalah telur dan ayam.

Menurut Dewi, ada beberapa penyebab naiknya telur ayam. Yaitu terkait pakan dan karena Jabar bukan daerah produsen. "Kita selalu disuplai dari Jawa Timur, Jawa Tengah, kemudian dari Sumatra Utara dari Medan," ujar Dewi, kepada wartawan Senin (17/12).

Dewi mengatakan, saat ini harga telur ada di angka Rp 26 ribu per kilogram. Dimana harga psikologinya ada di angka Rp 27 ribu hingga Rp 28 ribu per kilogram. Karena dinilai masih wajar, pihaknya belum menurunkan Satgas Pangan.

"Kenapa dia naik terutama dalam dua pekan ini, karena kan bertelur mah tiap hari, jadi kalau harga pakannya naik, telur juga pasti naik," katanya.

Dewi menjelaskan, pakan ayam naik karena bahan baku jagungnya juga memang naik pada dua pekan terakhir. Padahal 50 hingga 60 persen bahan baku pakan unggas adalah jagung.

"Kemarin kan jagungnya enggak ada. Kemudian harganya jadi mahal, yang biasanya Rp 4.000 hingga Rp 4.500 kemarin bisa Rp 6.000 hingga Rp 6.500. Sehingga pakannya juga naik. Nah ini yang mengakibatkan harga telur ini naik," paparnya.

Saat ini, dia mengatakan, jagung memang belum panen. Karena di bulan Oktober, November, dan Desember memang belum saatnya panen. Hal inilah, yang juga mengakibatkan bahan bakunya mahal.

"Panen jagung itu di Maret-April. Kencenderungan di Januari juga sama beras juga kita sudah panen," katanya.

Harga Pokok Produksi (HPP) ayam dari peternak, kata dia, seharusnya adalah Rp 18 ribu. Namun, kalau dihitung dengan ongkos angkut dan kemungkinan telur pecah juga biaya operasional yang lain, maka angka akhir ada di Rp 21 ribu. "Tapi sekarang angka di kandangnya sudah di angka Rp 21 ribu ataun Rp 22 ribu, jadi harga ke konsumennya di angka Rp 25 ribu sampai Rp 26 ribu," katanya.

Walaupun belum ada kecenderungan harga turun, Dewi berharap setelah natal dan tahun baru nanti harga telur tidak lagi melambung. "Sebenarnya di harga Rp 26 ribu itu masih aman," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement