Sabtu 15 Dec 2018 12:39 WIB

Tingginya Tensi Politik dan Kerukunan Antarumat Beragama

Indonesia masih masuk dalam kategori tinggi dalam hal kerukunan beragama.

Utusan Khusus Presiden Untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Syafiq A. Mughni (tengah) bersama para tokoh agama menjadi narasumber dalam refleksi akhir tahun dan proyeksi awal tahun di Jakarta, Kamis (13/12).
Foto: Republika/Prayogi
Utusan Khusus Presiden Untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Syafiq A. Mughni (tengah) bersama para tokoh agama menjadi narasumber dalam refleksi akhir tahun dan proyeksi awal tahun di Jakarta, Kamis (13/12).

REPUBLIKA.CO.ID  Oleh: Muhyiddin, Rahmat Fajar

Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) meggelar Refleksi Akhir Tahun dan Proyeksi Kerukunan Antar-Umat Beragama pada Tahun Politik, di Jakarta, Kamis (13/12). Dalam kegiatan ini, tokoh lintas agama dari Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan Khonghucu menyeru umat menjaga kerukunan pada tahun politik.

UKP-DKAAP Prof Syafiq Mughni mengatakan, para tokoh agama akan terus menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan keadaban untuk kerukunan dan perdamaian bangsa.

"Pada 2019, UKP DKAAP bersama-sama pemuka agama Indonesia akan terus melakukan upaya untuk menjaga kerukunan antarumat beragama di dalam negeri serta mempromosikannya ke luar negeri," ujar Syafiq dalam acara tersebut.

Menyambut Pilpres 2019, dia berpesan kepada seluruh tokoh umat beragama dan elite politik untuk mengurangi pernyataan-pernyataan yang membuat gaduh masyarakat sehingga kerukunan tetap terjaga seperti pemilu-pemilu sebelumnya.

"Turunkan tensi, mengurangi intensitas atau ketajaman statement-statement kita. Harus lebih intelektual, lebih akademik," ujarnya kepada Republika.

Di tempat yang sama, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti juga menyeru masyarakat agar mengedepankan kerukunan pada tahun politik. Menurut dia, umat beragama harus siap menghadapi realitas politik.

Apalagi, menurut dia, berbagai riset menunjukkan bahwa dalam aktivisme keagamaan saat ini terdapat arus baru yang keluar dari arus utama. Kalau dalam Islam, arus baru tersebut berada di luar Muhammadiyah ataupun NU.

"Ini saya kira sebuah realitas, tapi kita tidak perlu khawatir karena munculnya arus baru itu hanya disebabkan faktor politik daripada faktor teologis," kata Mu'ti.

Mu'ti mengatakan, pada tahun ini umat beragama juga memiliki tantangan yang cukup berat karena banyaknya ujaran kebencian ataupun pelintiran kebencian. Karena itu, menurut dia, tokoh agama memiliki peran penting untuk menguatkan komunikasi antarumat beragama.

"Penguatan Pancasila sangat penting, tapi lebih dari itu kita juga perlu lebih sering melakukan komunikasi, pertemuan-pertemuan, sehingga kita bisa membangun kedekatan di antara pemeluk agama," ujar Mu'ti.

Dalam pandangan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas, Indonesia merupakan anugerah yang luar biasa karena terdapat banyak etnis, suku, dan agama. Sampai saat ini masih terbukti bahwa umat beragama di Indonesia bisa hidup dalam harmoni.

Menurut dia, Indonesia bisa menjaga kerukunan hingga saat ini karena tidak menjadikan agama sebagai sumber konflik, tapi justru menjadikan agama sebagai solusi perdamaian dunia. Menurut dia, Indonesia selalu mampu mengelola perbedaan dengan baik.

Ketua Umum Persatuan Umat Budha Indonesia (Permabudhi) Philip K Widjaja mengingatkan para tokoh agama agar tidak hanya mengadakan kegiatan yang sifatnya seremoni, tapi juga harus berupaya menyelesaikan konflik yang terjadi.

Menurut dia, pemerintah juga harus berupaya memaksimalkan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang terdapat di daerah-daerah sehingga kerukunan tetap terjaga.

Di tempat yang sama, Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Uung Sendana menjelaskan, kerukunan umat beragama di Indonesia memang terus membaik. Namun, masih ada persoalan-persoalan yang harus diselesaikan.

Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Henriette T Lebang, mengatakan, ketika berbicara tentang kerukunan selalu menarik dan menginspirasi bagi umat. Karena, menurut dia, Indonesia merupakan bangsa yang majemuk.

Menurut dia, dunia saat ini juga sudah melihat Indonesia karena Indonesia selalu mampu menata kemajemukannya. Walaupun, kata dia, belakangan ini persoalan keagamaan juga semakin kompleks karena munculnya politisasi agama. Karena itu, menurut dia, para tokoh agama harus berkomitmen untuk selalu bergandengan tangan dalam kemajemukan.

Hal senada disampaikan Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Romo Agustinus Ulahayanan. Dia juga mengimbau semua pihak tidak melakukan politisasi agama untuk kepentingan pada tahun politik ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement