Kamis 13 Dec 2018 18:37 WIB

Festival Film Dokumenter 2018 Resmi Ditutup

Kompetisi film ini merupakan ajang pembuat film membagikan perspektif.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Malam pengenugerahan Festival Film Dokumenter 2018 di Societet Militair Taman Budaya Yogyakarta.
Foto: Dokumen.
Malam pengenugerahan Festival Film Dokumenter 2018 di Societet Militair Taman Budaya Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Perhelatan Festival Film Dokumenter (FFD) 2018 resmi berakhir. Berlangsung pada 5-12 Desember 2018, FFD diselenggarakan dengan serangkaian agenda pemutaran film, diskusi, lokakarya kritik, pameran, dan eksibisi film.

Eksibisi sendiri dihelat di Taman Budaya Yogyakarta dan IFI-LIP Yogyakarta. Malam pengenugerahan menjadi penutup gelaran FFD, yang digelar di Societet Militair Taman Budaya Yogyakarta.

Direktur Program FFD 2018, Sazkia Noor Anggraini mengatakan, beragam acara dihadirkan selama delapan hari perhelatan. Selain itu, sbanyak 94 film telah diputar dalam 19 program.

"Sejak 2002 hingga saat ini, FFD berusaha untuk tetap konsisten menerima film-film kompetisi," kata Sazkia.

Direktur IFI-LIP Yogyakarta, Sarah Camara menuturkan, selama 16 tahun ini gelaran FFD di IFI-LIP tidak berhenti menawarkan program bermutu. Semua itu diperuntukkan kepada khalayak umum dengan cara yang tematik dan beragam.

"Sehingga, memberikan kesempatan yang lebih luas dalam penciptaan dokumentasi," ujar Sarah.

Pada kesempatan ini, Asia Doc turut memberikan penghargaan Akatara Award yang disampaikan Forum Flm Dokumenter. Asia Doc  merupakan media pengembangan naskah dokumenter bagi pembuat film Asia.

Dari 12 judul, penghargaan Akatara Award diberikan kepada naskah film The Ant vs The Elephant karya Linda Nursanti. Acara inti malam pengenugerahan ini tentunya pengumuman pemenang dari tiga kategori kompeitsi.

Tarian Kehidupan karya Naira Capah dan Fauzan Syam Adiya terpilih jadi pemenang kategori pelajar, In the Claws of Century Wanting karya Jewel Maranan menjadi pemenang kategori film panjang internasional.

Uniknya, tahun ini tidak ada pemenang untuk kategori dokumenter pendek lantaran juri tidak menemukan kecukupan eksplorasi bahasa sinema dari lima nominasi. Tapi, The Nameless Boy karya Diego Batara mendapat special mention jury awards.

Direktur Forum Film Dokumenter, Henricus Pria Setiawan berpendapat, kompetisi film ini merupakan ajang pembuat film membagikan perspektif. Serta, pandangan kritis terhadap isu-isu sekitar.

"Tahun ini FFD menerima 118 film kategori panjang internasional, 100 film kategori pendek, dan 23 film kategori pelajar," kata Henricus.

Direktur FFD 2018, Ukky Satya Nugrahani menambahkan, ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi dari perhelatan FFD tersebut. Pertama, keberadaan festival sebagai ruang dialog tidak akan terjadi tanpa antusiasme banyak elemen.

Kedua, lanjut Ukky, akan terus dilakukan evaluasi baik secara penyelenggaraan maupun organisasional. Karenanya, diharapkan gelaran ini senantiasa dapat diselenggarakan setiap tahun.

"Dan setiap program yang diadakan tahun ini maupun selanjutnya FFD akan lebih spesifik menarget penonton agar lebih tepat sasaran," ujar Ukky.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement