REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon wakil presiden (cawapres) Sandiaga Salahuddin Uno menjawab tudingan yang menyebut dirinya melakukan sandiwara pada saat berkunjung ke Pasar Kota Pinang, Sumatra Utara, Selasa (11/12) lalu. Sandiaga mengklaim bahwa apa yang terjadi ketika itu benar tanpa ada rekayasa.
"Insya Allah apa yang terjadi itu apa adanya. kalau saya sih mendengar langsung dan saya panggil kan, saya panggil dia tadi awalnya agak malu-malu terus dia bilang iya pak ini betul. Saya tanya bapak dibayar? Oh nggak memang ini pendapat saya," Kata Sandi di Jakarta, Rabu, (12/12) malam.
Ia mengaku kejadian serupa juga pernah terjadi pada saat pilkada DKI 2017 lalu. Mantan wakil gubernur DKI Jakarta tersebut memaklumi jika ada masyarakat yang berbeda pilihan politik.
"Masyarakat tentunya menyampaikan aspirasi, ada aspirasi yang positif negatif itu harus kita tampung. Ada aspirasi yang mendukung atau tidak mendukung itu semua harus kita tampung," ujarnya.
Penolakan itu menurutnya bagian dinamika kontestasi. Sehingga menurutnya perbedaan pilihan politik jangan justru ditanggapi sebagai sebuah perbedaan, melainkan sebuah karunia untuk mempersatukan bangsa.
"Jadi kita boleh berbeda pilihan, kita harus tetap berangkulan. Kita harus terus menjaga persatuan kita, ukhuwah kita. Itu yang kita sebut sebagai demokrasi sejuk, politik santun, dan kampanye yang damai, kampanye yang berpelukan," tuturnya.
Sebelumnya Calon wakil presiden (cawapres) Sandiaga Salahuddin Uno melanjutkan kegiatan kampanye di Kota Pinang, Sumatera Utara, Selasa (11/12). Sesampainya di pasar Kota Pinang, ia justru disambut dengan poster dari karton berwarna putih bertuliskan 'Pak Sandiaga Uno Sejak Kecil Kami Sudah Bersahabat Jangan Pisahkan Kami Gara-gara Pilpres, Pulanglah!!'.
Membaca tulisan tersebut Sandiaga merespons, “Jadi saya pulang aja nih?” tanya Sandiaga dalam keterangannya, Selasa (11/12)
Sandiaga pun menemui seorang pedagang bernama Drijon Sihotang yang diduga memasang poster itu. Istrinya mengaku dibayar untuk memasang poster tersebut, namun Drijon membantahnya, ia mengaku memasang poster tersebut atas aspirasi pribadi.
“Bapak memasangnya sendiri? Kami sejak awal selalu ingin menciptakan kampanye yang sejuk, tidak memecah belah. Kampanye berpelukan Pak Drijon. Tidak ada upaya memecah belah,” ujar Sandi.
Baca juga: Pemindahan Markas ke Jateng Bentuk Manuver Balasan
Baca juga: Belajar dari Ratu Bilqis