Rabu 12 Dec 2018 15:38 WIB

Ridwan Kamil Minta Pondok Pesantren Berinovasi

Pesantren harus terus berinovasi agar maju.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andi Nur Aminah
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meluncurkan Program One Pesantren One Product (OPOP), di Pondok Pesantren Al Ittifaq Kampung Ciburial Desa Alam Endah, Rancabali Kabupaten Bandung, Rabu (12/12).
Foto: Republika/Arie Lukihardianti
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meluncurkan Program One Pesantren One Product (OPOP), di Pondok Pesantren Al Ittifaq Kampung Ciburial Desa Alam Endah, Rancabali Kabupaten Bandung, Rabu (12/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jawa Barat meminta, pengelola pondok pesantren lebih berinovasi dalam menjalankan aktivitasnya. Menurut Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, pesantren sebaiknya tak hanya mengembangkan keilmuan agama saja, tapi lembaga pendidikan ini pun diharapkan berkontribusi dalam perekonomian masyarakat sekitar.

"Saya gelisah dengan kondisi pesantren. Ini harus terus berinovasi agar pesantren maju," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil saat meresmikan program one pesantren one product (OPOP) di Pondok Pesantren Al Ittifaq, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Rabu (12/12).

Baca Juga

Emil mengatakan, melalui OPOP ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan memberdayakan pondok pesantren agar memiliki produk unggulan yang memiliki nilai ekonomi. Karena, saat ini Jawa Barat menghadapi ketimpangan ekonomi yang cukup tinggi. Oleh karena itu, pihaknya ingin meningkatkan pembangunan di semua lapisan warga agar memiliki kemampuan yang sama.

photo
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meluncurkan Program One Pesantren One Product (OPOP), di Pondok Pesantren Al Ittifaq Kampung Ciburial Desa Alam Endah, Rancabali Kabupaten Bandung, Rabu (12/12).

Salah satunya, kata dia, melalui pemberdayaan pondok pesantren dengan OPOP. Program ini mengusung 17 program yang salah satunya kemandirian lembaga dakwah tersebut. Emil menargetkan bisa mensejahterakan pesantren yang jumlahnya sembilan ribu untuk kemandirian ekonomi. "Jadi pesantren sekarang harus segala bisa, ya ilmu agamanya, ya ilmu bisnisnya," kata Emil.

 

Menurut Emil, dengan OPOP ini, setiap pondok pesantren akan didorong untuk memproduksi produk yang berbeda-beda, sesuai dengan potensi dan kekhasan masing-masing. Selanjutnya Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyiapkan pasar dan menjalin kerja sama dengan pihak-pihak yang akan membeli produk tersebut.

"Kita akan carikan pembelinya. Tidak akan membiarkan pesantren membikin produk tanpa tahu akan dijual ke mana," katanya.

Emil menilai, saat ini ia sudah mendapatkan 10 pondok pesantren yang dianggap sudah siap memproduksi barang unggulan yang berbeda-beda. Ke sepuluh pesantren tersebut sudah dianggap hijau jadi programnya sudah bisa berjalan. "Ada yang merah, belum melakukan kegiatan ekonomi sama sekali. Ada yang kuning, yang sudah melakukan kegiatan ekonomi tapi belum luar biasa," katanya.

Selain menyesuaikan dengan potensi yang dimiliki masing-masing, menurut Emil, pihaknya bisa saja meminta pesantren membuat produk yang sesuai dengan permintaan pasar. "Saya sudah deal dengan Bulog. Bulog akan menyerap jagung. Jadi nanti menanam jagung, dibeli," katanya.

Emil mengatakan, pemberdayaan ekonomi di Pondok Pesantren Al Ittifaq, Ciwidey, Kabupaten Bandung sudah berhasil. Dengan mengandalkan sektor pertanian, lembaga pendidikan Islam yang berlokasi di selatan Bandung ini sudah meraup omzet Rp 300 juta per bulannya.

"Kalau Ponpes Al Ittifaq bisa dapat income Rp 300 juta per bulan, kenapa enggak yang lain juga. Ini membuat ekonomi santri dan warga berdaya," katanya.

photo
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meluncurkan Program One Pesantren One Product (OPOP), di Pondok Pesantren Al Ittifaq Kampung Ciburial Desa Alam Endah, Rancabali Kabupaten Bandung, Rabu (12/12).

Selain memberdayakan ekonomi, Emil pun memastikan pihaknya akan memerhatikan pesantren dari aspek lainnya. Karena, ada 17 program. Di antaranya, perda pendidikan agama, bantuan dan insentif untuk para kyai, data base pesantren, digitalisasi kitab kuning agar tak lumutan, manajemen pengelolaan pesantren modern, standardisasi kurikulum, pesantren tahfidz quran, dan beasiswa hingga S3.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat Dudi Sudrajat mengatakan, OPOP ini merupakan cara membangun umat di era baru. Selain untuk pendidikan agama, pihaknya ingin pembangunan ekonomi tumbuh di pesantren. "Nanti akan dibentuk tim, untuk melatih dan mendampingi," katanya. 

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement