Senin 10 Dec 2018 15:55 WIB

Delapan Kelurahan di Bandung Diproyeksikan Bebas Sampah

Delapan kelurahan ini menjadi langkah awal memasifkan kawasan bebas sampah.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Gita Amanda
Sampah-sampah plastik yang telah dipilah petugas di bank sampah. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sampah-sampah plastik yang telah dipilah petugas di bank sampah. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tengah fokus pada program pengentasan masalah kebersihan. Sejumlah kelurahan diproyeksikan menjadi kawasan bebas sampah.

Wali Kota Bandung Oded M Danial mengatakan ada delapan kelurahan yang sedang menggarap kawasan bebas sampah. Hal ini sejalan dengan program Kangpisman (kurangi, pisahkan, manfaatkan) yang digaungkannya.

"Yang sekarang ini dilakukan di Babakan Sari tapi menghadirkan delapan kawasan bebas sampah dari delapan kelurahan di delapan kecamatan. Maksudnya Mang Oded mengajak delapan kelurahan untuk menjadikan kawasan bebas sampah," kata Oded di sela-sela giat rapat pembentukan model pengelolaan sampah di delapan kelurahan, di Kelurahan Babakan Sari, Kota Bandung, Senin (10/12).

Oded menyebutkan delapan kelurahan tersebut tersebar di delapan kecamatan di Kota Bandung. Yakni Kelurahan Sukamiskin, Neglasari, Sukaluyu, Cihaurgeulis, Mengger, Gempolsari, Babakan Sari dan Kebon Pisang.

Ia menuturkan delapan kelurahan ini menjadi langkah awal memasifkan kawasan bebas sampah di seluruh Kota Bandung. Nantinya delapan kelurahan ini akan menjadi role model penerapan di wilayah lainnya.

"Karena luar biasa di Kelurahan Babakan Sari ini dari 18 RW, ibu lurahnya membina semua dari komunitas, LSM, masyarakat luar biasa masif. Sehingga bersih, sampah-sampah terkelola dengan baik. Saya berharap bagaimana role model ini bisa direplikasi semua," tuturnya.

Ia mengatakan di kawasan bebas sampah, mulai dari aparat kewilayahan dan masyarakat bersama-sama mengolah sampah yang dihasilkannya. Misalnya dengan mengurangi, memilah, hingga mengolah sampah menjadi barang layak guna.

"Jadi apabila sampah diolah dengan baik bisa jadi kursi jadi meja. Saya yakin bisa, orang Bandung mah kreatif," ujarnya.

Ia meyakini dengan pengolahan sampah di wilayah, volume sampah yang dihasilkan Kota Bandung bisa berkurang. Dampaknya akan ada efisiensi anggaran dari yang selama ini digunakan untuk mengangkut sampah ke TPA.

Menurutnya, memang tidak mudah memasifkan budaya pengolahan sampah di masyarakat. Masyarakat masih beranggapan sampah yang dihasilkan akan langsung dibuang.

"Tantangan yang paling saya lihat adalah masalah budaya. Oleh karena itu saya sejak awal mencanangkan bahwa saya sosialisasi kemana-mana, bahwa sesungguhnya yang harus kita bentuk adalah budaya masyarakat. Saya sampaikan sekali lagi ada output outcome yang tidak ternilai adalah ketika sudah terbentuk budaya masyarakat," tambahnya.

Ia berharap langkah awal delapan kelurahan bisa menjadi kawasan bebas sampah ini dapat dimasifkan ke seluruh kelurahan lainnya. Sehingga Kota Bandung bisa menjadi role model bagi kota kabupaten lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement