Ahad 09 Dec 2018 20:17 WIB

Muhammadiyah: Disabilitas Berhak Berdaya

Peringatan ini digelar dengan konsep pencerdasan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Sejumlah kegiatan peringatan Hari Disabilitas Internasional yang  digelar Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah di Kantor PP  Muhammadiyah, Ahad (9/12).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Sejumlah kegiatan peringatan Hari Disabilitas Internasional yang digelar Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah di Kantor PP Muhammadiyah, Ahad (9/12).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah memperingati Hari Disabilitas Internasional 2018 dengan cara yang unik. Jika kebanyakan peringatan digelar cuma lewat seremonial, peringatan ini digelar dengan konsep pencerdasan.

Sejak Ahad (9/12) pagi, tamu-tamu dari masyarakat disabilitas satu persatu mendatangi Kantor PP Muhammadiyah di Jl Cik Dik Tiro. Ada yang menggunakan tongkat, kursi roda, difabike, bahkan digendong.

Di meja pendaftaran yang ada di kiri dan kanan pintu masuk, sejumlah tamu menggunakan bahasa isyarat menanyakan undangan yang hendak mereka datangi. Sebagian tamu anak-anak malah sudah bermain di dalam.

Dibarengi gelaran rutin MPM PP Muhammadiyah, Inspirasi Ahad Pagi, Peringatan Hari Disabilitas Internasional mengusung tema Pemberdayaan untuk Generasi Berkemajuan. Semangatnya, tidak lain memberdayakan masyarakat disabilitas.

Menjelang dimulainya acara, tamu-tamu undangan justru diajak ke halaman kantor. Mereka diajak menjajal jalur disabilitas, jalur berwarna kuning di pedestrian, yang ada di kiri dan kanan Jalan Cik Dik Tiro.

Tidak cuma mereka yang disabilitas, para pendamping turut diajak memahami sulitanya berjalan di jalur disabilitas tersebut. Mereka berjalan dengan mata tertutup, yang sebagian besar ternyata tampak sangat kesulitan.

Bagi sebagian tamu yang memang disabilitas, ternyata itu kali pertama mereka mencoba jalur disabiltias. Itupun, mereka kesulitan karena selama ini tidak terlalu sering sosialisasi tentang itu mereka terima.

Ini persis dengan pendapat Ketua MPM PP Muhammadiyah, Muhammad Nurul Yamin, yang sempat Republika temui beberapa saat sebelum acara dimulai. Ia mengingatkan, kemajuan suatu bangsa salah satunya dilihat dari indikator pembangunan manusia.

Indonesia disebut masih menempati garis setengah, angkanya sekitar 113-115. Ia menekankan, rendahnya angka itu sedikit banyak menunjukkan bagaimana pemenuhan fasilitas dasar dalam pembangunan manusia di Indonesia.

"Yang menyangkut pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lain belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat, terutama pada kelompok-kelompok penyandang disabilitas," kata Yamin kepada Republika, Ahad (9/12).

Untuk itu, dalam rangka pembangunan yang berkesinambungan, MPM PP Muhammadiyah medorong pemerintah untuk menciptakan sebuah sinergi pembangunan yang memiliki perspektif disabilitas. Utamanya, terkait fasilitas-fasilitas publik.

Apapun bidangnya, ia menegaskan, fasilitas publik atau umum harus memiliki sifat yang ramah terhadap penyandang disabilitas. Sayangnya, selama ini, semua harapan itu tampak belum terwujud.

Salah satu penyebab masyarakat disabiltas menjadi kelompok yang termarjinalkan dalam proses pembangunan lantaran mereka terabaikan. Yamin merasa, akses mereka yang seharusnya tersedia, malah belum terpenuhi.

Tidak cuma fasilitas-fasilitas publik, kebijakan-kebijakan politik yang ada selama ini disebut belum ramah disabilitas. Belum ada porsi lebih yang tampak diberikan kepada pemberdayaan penyandang disabilitas.

"Oleh karena itu, dalam momentum Hari Disabilitas Internasional hari ini, MPM PP Muhammadiyah mengusung tema Gerakan Pemberdayaan untuk Generasi yang Berkemajuan utamanya bagi generasi-generasi keluarga penyandang disabilitas," ujar Yamin.

Turut dilakukan penandatanganan MoU antara Ketua MPM PP Muhammadiyah, Nurul Yamin dengan Rektor Universitas Aisyiyah Yogyakarta (Unisa), Warsiti. Serta, dialog bersama Falasifah dari Centre for DIsability and Humanity Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Inspirasi Ahad Pagi memang agenda rutin silaturahmi seluruh dampingan MPM PP Muhammadiyah, khususnya yang ada di DIY dan sekitarnya. Ada komunitas pemulung,  disabilitas, asongan, tukang becak, petani dan komunitas-komunitas lain.

Kegiatan itu turut dimeriahkan berbagai penampilan dari komunitas-komunitas dampingan MPM PP Muhammadiyah. Panca Rahmadi, salah satu hafiz Quran yang juga disabilitas netra, turut tampil membuka acara.

Ditemui usai turun dari panggung, Panca mengungkapkan kesenangannya menghafal Alquran. Sempat memiliki Alquran digital, Panca mengaku cukup sedih Alquran yang didapatnya dari Syekh Ali Jaber kini rusak."Iya, suka pakainya, tapi sudah rusak," kata Panca, lirih.

Sayangnya, kebutuhan-kebutuhan masyarakat disabilitas seperti Panca hingga hari ini belum dapat terpenuhi. Bahkan, untuk sekadar dideteksi bagaimana membutuhkan mereka terhadap sarana-sarana itu, tampak masih jauh dari terpenuhi.

Untuk itu, melalui peringatan Hari Disabilitas Internasional, sudah seharusnya semua elemen menjadikan kebutuhan disabilitas sebagai prioritas. Terlebih, itu memang merupakan hak yang harus mereka dapatkan sebagai warga negara Indonesia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement