Sabtu 08 Dec 2018 12:28 WIB

Suprarasional dan SDM Indonesia

Human Development Index Manusia berada di urutan 116 dari 189 negara.

Ridwan Hasan Saputra
Foto: RepublikaTV
Ridwan Hasan Saputra

REPUBLIKA.CO.ID Oleh : Ridwan Hasan Saputra

Tulisan ini berisi ide saya tentang program peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang akan dilaksanakan pemerintah di tahun 2019. Saya sebagai warga negara Indonesia tergerak untuk memberikan saran untuk ikut membangun bangsa sesuai dengan ilmu yang saya miliki.

Bagi saya, terlepas dari siapa pun yang akan memimpin negeri ini, program peningkatan sumber daya manusia harus  didukung semua pihak. Sebab masa depan bangsa Indonesia tergantung dari kualitas sumber daya manusia yang disiapkan saat ini.

Kondisi manusia Indonesia berdasarkan Human Developmen Index (HDI) yang dikeluarkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2017 berada di urutan ke-116 dari 189 negara. Sedangkan menurut Bank Dunia, melalui forum pertemuan IMF-Bank Dunia, Human Capital Index (HCI) mengeluarkan indikator baru untuk mengukur derajat modal manusia di Nusa Dua Bali.

Tahun 2018 peringkat HCI Indonesia berada pada urutan ke-87 dari 157 negara. Posisi HCI Indonesia masih di bawah negara-negara ASEAN seperti Singapura, Vietnam, Malaysia, Thailand dan Philipina. Selain nilai HDI dan HCI, ada hasil survey sebelumnya dari Program for International Student Assessment (PISA) yang dilaksanakan oleh  Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Pada tahun 2015  kemampuan pelajar Indonesia yang berusia 15 tahun dalam bidang Matematika urutan ke-65 , IPA urutan ke-64 dan Literasi urutan ke-66 dari 72 negara.

Berdasarkan data-data tersebut pemerintah harus bekerja keras untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia Indonesia. Apalagi di era industry 4.0, memiliki sumber daya manusia yang berkualitas untuk meningkatkan daya saing suatu bangsa sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah mulai dilakukan pemerintah, dengan adanya program revolusi mental yang diterjemahkan dalam program pendidikan karakter di dunia pendidikan. Di dunia pendidikan pun mulai disosialisasikan cara berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thingking Skills (HOTS). Dukungan pemerintah dalam bentuk dana untuk peningkatan SDM salah satunya disalurkan melalui Program Indonesia Pintar (PIP). 

Bicara tentang sumber daya manusia, Tuhan Yang Maha Kuasa telah memberi tiga antena untuk modal hidup manusia. Ketiga antenna tersebut adalah panca indera, akal dan hati. Fungsi antenna panca indera adalah untuk melihat, mendengar, merasa, mencium dan mengecap sesuatu. Fungsi Antenna akal adalah untuk memahami,  menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi sesuatu berdasarkan informasi dari panca indera.

Fungsi antenna hati adalah mendeteksi hal-hal yang tidak terindera oleh panca indera atau mendeteksi hal-hal gaib. Permasalahan hal gaib ini sering tidak diperhatikan oleh banyak orang. Padahal hal gaib itu ada dan sangat berperan dalam kehidupan manusia. Hal yang gaib tersebut di antaranya Tuhan Yang Maha Kuasa atau Allah SWT. Cara berpikir dengan menggunakan hati untuk mendeteksi hal-hal gaib ini disebut cara berpikir suprarasional

Dalam cara berpikir suprarasional rezeki manusia itu berada di langit, seperti dinyatakan pada surat Az-Zariyat ayat 21 : Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Untuk menampung rezeki dari langit tersebut manusia harus mempunyai wadah rezeki dan wadah rezeki tersebut berbentuk tiga dimensi.

Dimensi dari wadah rezeki tersebut adalah tiga antenna pada manusia yaitu  panca indera (sumbu-x), akal (sumbu-y) dan hati (sumbu-z). Jika nilai ketiga antenna pada seorang manusia itu besar, maka akan besar pula volume wadah rezekinya. Sehingga rezeki manusia tersebut akan banyak dan melimpah. 

Tujuan utama agar sumber daya manusia Indonesia berkualitas adalah agar Indonesia menjadi negara makmur, rezekinya melimpah dan berkeadilan, seluruh rakyat bisa merasakan kemakmuran. Oleh karena itu menurut saya agar sumber daya manusia meningkat, pemerintah harus meningkatkan kualitas ketiga antenna manusia Indonesia.

Hal yang menjadi catatan penting jika pemerintah hanya fokus pada panca indera dan akal maka akan sulit untuk mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain. Karena harus melakukan pembenahan di dunia pendidikan terlebih dahulu untuk memudah transfer ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini pasti butuh biaya yang tidak sedikit.

Apalagi negara maju pun pasti akan melakukan berbagai cara untuk terus memaksimalkan fungsi fisik dan fungsi akal SDM-nya  agar tidak terkejar negara lain, tapi negara maju jarang memikirkan pemaksimalan fungsi hati, karena banyak negara maju, rakyatnya  tidak percaya Tuhan dan tidak memiliki agama.

Hal yang sangat mungkin dilakukan untuk membuat bangsa ini sejahtera secara suprarasional adalah meningkatkan fungsi antenna hati rakyat Indonesia, karena Indonesia adalah negara yang Berketuhanan Yang Maha Esa.. Jika antenna hati membesar maka  nilai sumbu-z nya akan semakin tinggi sehingga volume wadah rezeki orang Indonesia akan semakin besar.

Sumbu-z akan terus bergerak ke atas jika akhlak manusia semakin baik. Oleh karena itu pemerintah harus meningkatkan fungsi hati melalui program perbaikan akhlak. Program ini sebaiknya dibagi dalam tiga bagian yaitu akhlak kepada Yang Maha Pencipta, Akhlak kepada manusia dan akhlak kepada alam.

Program perbaikan akhlak kepada Yang Maha Pencipta dengan cara memperbanyak beribadah, pemerintah harus menganjurkan setiap pemeluk agama menjalankan agamanya dengan baik, misalnya yang beragama Islam dianjurkan untuk rajin ke masjid, yang beragama Kristen dan yang beragama Katolik untuk rajin ke gereja, yang beragama Hindu rajin ke pura, yang beragama Budha rajin ke wihara.

Program perbaikan akhlak pada manusia dengan cara meningkatkan berbagai aktivitas yang membuat interaksi antar sesama manusia menjadi bagus, misal membuat program gotong-royong, saling menghormati dan tidak korupsi. Program perbaikan akhlak pada alam adalah dengan melakukan berbagai kegiatan yang menyelematkan alam, misalnya membuang sampah pada tempatnya.

Program perbaikan akhlak ini pilihan yang sangat tepat dan sulit ditiru oleh nagara lain, sebab Indonesia memiliki penduduk yang sangat banyak dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.  Program perbaikan akhlak ini akan bisa langsung dirasakan oleh rakyat dan pemerintah. Oleh karena itu pemeritah lebih baik memfokuskan peningkatan sumber saya manusia melalui pemaksimalan fungsi hati.

Mulailah peningkatan SDM melalui perbaikan akhlak terlebih dahulu, kemudian tingkatkan kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Saya menyebut program seperti ini adalah program  peningkatan SDM secara suprarasional.

Sejarah sudah membuktikan kalau program perbaikan akhlak bisa membuat suatu bangsa menjadi bangsa besar. Bangsa Arab yang sebelumnya adalah bangsa jahiliyah (bodoh). Setelah oleh Nabi Muhammad SAW diperbaiki akhlaknya, akhirnya Bangsa Arab bisa menguasai Persia dan mengalahkan Romawi. Padahal sebelumnya hal itu adalah mimpi.

Kendala terbesar dari program ini adalah bagaimana memahamkan cara berpikir suprarasional kepada seluruh rakyat Indonesia. Solusinya adalah melalui pendidikan dan pelatihan suprarasional serta praktek langsung yang dengan pengawasan berkelanjutan.

Jika pemahaman suprarasional ini sudah dimiliki oleh rakyat Indonesia, In Sha Allah akan membuat program perbaikan akhlak akan berjalan lancar dan wadah rezeki rakyat Indonesia menjadi besar. Sehingga negara Indonesia akan penuh dengan rezeki dan rahmat. Jika hal itu terjadi, In Sha Allah Indonesia akan menjadi negara Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur.

Bogor, 8 desember 2018

Ridwan Hasan Saputra

Tokoh Perubahan Republika tahun 2013

Penulis Buku “Cara Berpikir Suprarasional”, Penerbit Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement