REPUBLIKA.CO.ID, HALMAHERA UTARA -- Pembangunan pertanian dan ketahanan pangan saat ini dan masa mendatang, banyak menghadapi berbagai permasalahan. Perubahan iklim, pertambahan penduduk, dan penurunan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian, dituding menjadi faktor penyebabnya.
Namun demikian, Kepala BKP Kementan Agung Hendriadi, permasalahan tersebut bisa diatasi. Ini karena, Indonesia memiliki sumber daya alam berlimpah, penggunaan teknologi, dan iklim yang lebih bersahabat.
"Saya optimis, Indonesia tidak akan kekurangan pangan. Beras kita banyak. Tinggal bagaimana kita mendistribusikan kepada masyarakat," ujarnya menjawab Republika.co.id, Jumat (7/12).
"Sepanjang tahun, pangan kita aman. Indonesia ada 8 zona iklim yang tidak pernah sama. Tidak semua banjir dan tidak semua daerah kering. Setiap hari kita ada panen," tambah Agung.
Sedangkan untuk mengatasi tenaga kerja petani yang semakin berkurang, Kementerian Pertanian selain telah melakukan mekanisasi pertanian, pelatihan bagi petani, juga telah mengubah Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian. Sehingga, hal itu pun bisa menjawab kebutuhan dan menarik minat generasi muda terjun ke pertanian.
"Selain dengan modernisasi pertanian, pembangununan pertanian harus berorientasi kepada industri pertanaman yang dikelola dari hulu sampai hilir, sehingga membuat petani tidak malas bekerja dan lebih bergengsi," ujar Agung.
Bulog sendiri menegasakan, bahwa ketahanan pangan Indonesia akan kuat jika pangan tidak tergantung hanya pada beras. Meski demikian, Bulog berusaha agar ketersediaan beras selalu tercukupi dari dalam negeri.
Namun demikian, mestinya pemenuhan pangan bagi masyarakat tidak berorientasi hanya pada beras. Tetapi sagu, ubi-ubian, jagung lainnya juga perlu dikembangkan.