Rabu 05 Dec 2018 23:54 WIB

Emil Luncurkan Jabar Masagi

Dalam Jabar Masagi budaya lokal diharga setara bukan untuk digantikan

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberi sambutan pada pembukaan Milad Masjid Pusdai Jabar ke-21, Kota Bandung, Selasa (4/12).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberi sambutan pada pembukaan Milad Masjid Pusdai Jabar ke-21, Kota Bandung, Selasa (4/12).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil secara resmi meluncurkan program pendidikan karakter 'Jabar Masagi'. Program itu diharapkan bisa mencetak generasi muda unggul Jabar yang beriman, berilmu, berakhlak dan sehat.

Peluncuran program itu dilakukan Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, di Gedung Negara Kota Cirebon, Rabu (5/11) malam. Dari tempat tersebut, program itu akan langsung diterapkan di seluruh daerah lainnya di Jabar.

"Program ini merupakan investasi jangka panjang, Kapan kelihatannya? Saat nanti mereka berinteraksi dengan masyarakat," ujar Emil, di sela peluncuran program Jabar Masagi.

Emil mengaku sangat prihatin dengan maraknya aksi kekerasan yang jauh dari nilai agama dan bela negara, yang terjadi di tengah masyarakat. Termasuk di media sosial, seringpula beredar kata-kata kasar dan sopan santun yang makin hilang.

Emil mencontohkan, di Jabar pada awal tahun lalu ada puluhan pemuda yang mati karena miras oplosan. Selain itu, adapula perkelahian antargeng motor yang dilakukan anak-anak usia sekolah.

Krisis semacam itu, lanjut Emil, harus direspon oleh sebuah gagasan besar, yakni  menyiapkan cetak biru manusia unggul Jawa Barat. Dia menyebutkan, manusia unggul Jawa Barat itu memiliki empat nilai.

Adapun keempat nilai tersebut adalah harus punya iman sehingga generasi muda Jabar harus reliius. Selain itu, harus punya ilmu sehingga generasi muda Jabar harus cerdas supaya bisa bersaing. Nilai lainnya, generasi muda Jabar harus berakhlak dan berkarakter serta memiliki fisik yang sehat.

‘’Untuk mencapai hal itu, Jabar Masagi menterjemahkan dari nilai budaya,’’ terang Emil.

Dalam Jabar Masagi, setiap budaya lokal dihargai setara bukan untuk digantikan atau menggantikan. Tapi, satu sama lain hadir untuk saling melengkapi. Keragaman budaya lokal adalah kekuatan dari Jawa Barat.

"Mengakomodir tiga budaya di tiga wilayah. Yakni Sunda Priangan, Cirebonan, dan Betawi," tukas Emil.

Emil mengungkapkan, Jabar Masagi menjadikan budaya lokal yang beragam sebagai pondasi yang harus diletakan di awal. Pasalnya, hal itu menyangkut identitas dan warisan sejarah yang melekat pada kearifan lokal di masing-masing wilayah.

"Program Jabar Masagi fokus membangun manusia, bukan programnya. Jadi jika ditanya apa itu Jabar Masagi? Jabar Masagi adalah menumbuhkan manusia Masagi Jawa Barat untuk belajar merasakan (surti/rasa), belajar memahami (harti/karsa), belajar melakukan (bukti/karsa), belajar hidup bersama (bakti/dumadi nyata) untuk melayani," kata Emil.

Emil mengatakan, program Jabar Masagi nantinya diterjemahkan oleh masing-masing sekolah melalui berbagai kegiatan. Seperti misalnya, mengaji sebelum masuk kelas, berjalan kaki menuju sekolah, membasuh kaki ibu seminggu sekali atau membawa beras ke sekolah untuk disumbangkan ke fakir miskin.

"Mungkin terlihat sepele, tapi ini adalah bekal. Suatu hari nanti, mereka akan menjadi pemimpin negeri ini," tegas Emil.

Emil mengakui, program Jabar Masagi baru bisa diterapkan di tingkat SMA/SMK sesuai kewenangan pemerintah provinsi. Namun, dia mengajak para kepala daerah tingkat dua untuk juga menerapkan program itu di tingkat SD dan SMP.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Ahmad Hadadi menambahkan, implementasi kurikulum program Jabar Masagi adalah seluruh program praktik, baik di lingkungan rumah, sekolah maupun masyarakat. Menurutnya, program itu mampu menumbuhkan generasi muda di Jawa Barat menjadi manusia berbudaya yang memiliki kemampuan untuk bisa belajar merasakan (surti), belajar memahami (harti), belajar melakukan (bukti) dan belajar hidup bersama (bakti).

Hadadi pun memastikan, implementasi program Jabar Masagi tidak akan menyulitkan guru dalam kurikulum. Pasalnya, yang menjadi kunci adalah kemauan untuk menyentuh hati siswa karena perubahan perilaku terjadi ketika hati seseorang tersentuh. Pada prinsipnya, Jabar Masagi sejalan dengan penguatan pendidikan karakter (PPK) dan kurikulum 2013.

"Jabar Masagi hanya berupaya ”membumikan” pendidikan karakter dalam konteks mulok budaya lokal sebagai akar untuk mengisi ruh pendidikan karakter agar tidak tercerabut dari akarnya," tandas Hadadi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement