REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak PT Istaka Karya membantah pekerjanya kerap mendapat intimidasi dari kelompok tertentu. Kekerasan yang terjadi di Distrik Yigi, Nduga, Papua yang menewaskan 19 pekerja, dinyatakan baru pertama kali terjadi.
"Sepengetahuan kami ini baru kejadian yang pertama kali, jadi selama ini bisa melaksanakan pekerjaan dengan baik," kata Sekretaris PT Istaka Karya, Yudi Kristianto, Rabu (5/12).
Menurut Yudi, belum pernah ada laporan dari pegawai di lokasi pekerjaan tentang gangguan yang dialami selama membangun proyek jembatan Trans Papua tersebut. "Untuk pekerjaan di sana belum pernah ada (gangguan). Untuk pelaksanaan pekerjaan disana sampai saat ini belum pernah mengalami gangguan apalagi sifatnya seperti ini," ujarnya.
Menyikapi kasus dugaan pembunuhan terhadap karyawannya, pihak perseroan fokus terhadap penanganan korban melalui konfirmasi jumlah korban kepada petugas. Selain itu, agar proyek pembangunan tetap berjalan dengan aman, PT Istaka Karya melakukan koordinasi dan meminta rekomendasi mitigasi risiko dari aparat keamanan.
PT Istaka Karya selaku pihak kontraktor pembangunan jembatan Trans-Papua menyatakan, 28 orang pekerja yang ditugaskan di Distrik Yigi merupakan warga sipil. Yudi menegaskan, tidak ada unsur TNI-Polri yang dipekerjakan dalam pembangunan jembatan Kali Yigi dan Kali Aurak.
"Mereka semua 28 orang dari sipil, murni pekerja profesional di bidang konstruksi. Tidak ada dari unsur TNI-Polri satupun," katanya.
Yudi juga menyampaikan, proyek pekerjaan jembatan Trans-Papua di Kabupaten Nduga sudah berjalan sejak 2016. Untuk pekerjaan di Distrik Yigi sendiri, baru digarap sekitar enam hingga delapan bulan terakhir.
Sebelumnya, pihak Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) atau dikenal juga dengan TPN/OPM mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan pekerja di Kabupaten Nduga pada Ahad (2/12) lalu. Aksi itu disebut telah direncanakan melalui pengintaian sejak tiga bulan lalu.
Menurut Juru Bicara TPNPB Sebby Sambom, anggota TPNPB di lapangan melakukan pemantauan selama tiga bulan lebih. Mereka kemudian mengambil kesimpulan bahwa para pekerja di Kali Aworak, Kali Yigi, dan Pos TNI Distrik Mbua adalah kesatuan kerja.
“Karena kami tahu bahwa yang berkerja selama ini untuk jalan Trans-Papua dan jembatan-jembatan yang ada sepanjang jalan Habema-Juguru-Kenyam-Batas Batu adalah murni anggota TNI,” kata Sebby dalam lansiran yang dikirimkan ke Republika, Rabu (5/12).