Rabu 05 Dec 2018 13:30 WIB

Purwakarta Dorong Pengolahan Pala Jadi Minyak Atsiri

Minyak atsiri yang diproduksi UD Mitra Pala Kecamatan Wanayasa menembus pasar ekspor.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Agus Yulianto
Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, mendorong peningkatan produktivitas perkebunan pala. Pasalnya, potensi dari komoditi ini cukup besar. Salah satunya, saat ini pala diolah menjadi minyak atsiri yang nilai ekonomisnya cukup tinggi.
Foto: Foto: Istimewa
Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, mendorong peningkatan produktivitas perkebunan pala. Pasalnya, potensi dari komoditi ini cukup besar. Salah satunya, saat ini pala diolah menjadi minyak atsiri yang nilai ekonomisnya cukup tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, mendorong peningkatan produktivitas perkebunan pala. Pasalnya, potensi dari komoditi ini cukup besar. Salah satunya, saat ini, pala diolah menjadi minyak atsiri yang nilai ekonomisnya cukup tinggi.

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan, mengatakan, pala atau myristica fragrans merupakan komoditas unggulan perkebunan potensial yang banyak diincar sejak dahulu di pasar internasional.  

Bahkan, sejak abad ke 16, nusantara sudah terkenal sebagai penghasil pala berkualitas. Sehingga, tidak mengherankan jika bangsa asing berlomba-lomba untuk menguasai daerah sumber penghasil rempah berkualitas dunia ini.  

"Purwakarta, merupakan salah satu daerah yang punya potensi aka komoditi pala ini," ujar Agus, kepada Republika.co.id, Rabu (5/12).

Apalagi, pala merupakan rempah asli nusantara yang dikenal dengan aromanya dan merupakan komoditas unggulan ekspor. Sehingga, potensi perkebunan pala masih sangat layak untuk dikembangkan. 

Bagian tanaman pala yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi adalah biji buah dan fulinya. Biji buah dan fulinya ini, digunakan sebagai bahan industri minuman, makanan, farmasi dan kosmetik.  

Adapun, bentuk komoditas pala yang diekspor adalah dalam bentuk biji pala, fuli, dan pala glondong.  Pada saat ini, biji pala yang berkualitas pula untuk dijadikan minyak atsiri.  

Apalagi, harga minyak atsiri pala cukup menggiurkan pada saat ini mencapai Rp 580 ribu per kilogram di tingkat petani penyulingan. Sedangkan, biji pala yang dipasaran harganya hanya Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu per kilogram. Itupun, harus dalam kondisi kering.

Karena itu, lanjut Agus, instansinya mendorong supaya ada peningkatan baik dari sisi luasan kebun sampai produktivitas dari komoditi ini. Saat ini, areal pertanaman pala di Kabupaten Purwakarta seluas 197,56 hektare.

Di dalamnya, termasuk tanaman menghasilkan (TM) seluas 85,69 hektare. Sisanya, belum menghasilkan. Adapun, produksi biji pala kering di areal tanaman menghasilkan (TM) mencapai 45,84 ton dengan rata-rata produktivitas 5,35 kuintal per hektare.

Upaya untuk peningkatan produksi pala, lanjut Agus, salah satunya dilakukan dengan upaya rehabilitasi dan intensifikasi tanaman pala. Rehabilitasi tanaman pala dilakukan dengan memberikan bantuan bibit untuk memperbanyak populasi tanaman di kebun petani disertai sarana produksi pemeliharaannya.

Sedangkan, intensifikasi tanaman pala dilakukan dengan memberikan sarana produksi saja untuk pemeliharaan populasi tanaman pala yang sudah ada. Selain itu, pihaknya membantu upaya pemasaran produk olahan pala.

Seperti, dengan memfasilitasi kemitraan masuknya produk buah pala ke tempat-tempat penjualan oleh-oleh khas Purwakarta. Salah satunya, di daerah Kecamatan Wanayasa dan sekitarnya.  

"Produk olahan ini pula dipromosikan melalui berbagai event seperti yang akan diselenggarakan pada peringatan Hari Perkebunan Nasional pada 8-10 Desember 2018 di Gedung Sate Bandung," ujar Agus.

Selain itu, mendorong petani untuk melakukan pengolahan pala menjadi minyak atsiri. Saat ini, sudah ada dua unit dagang (UD) yang memroduksi pala menjadi minyak atsiri. Bahkan, minyak tersebut khusus untuk ekspor. Namun, masih menggunakan buyer dari wilayah Jakarta.

Kedepan, lanjut Agus, pihaknya ingin memfasilitasi petani yang mengolah pala tersebut. Mulai dari packing house hingga mendorong tata niaganya. "Saat ini, sudah ada dua unit dagang yang mengolah pala. Ada di Kecamatan Wanayasa," ujar Agus.

Sementara itu, Pemilik UD Mitra Pala Kecamatan Wanayasa, Anjani, mengatakan, minyak atsiri yang diproduksinya ini menembus pasar ekspor. Seperti, ke negara Asia Tenggara, Asia Timur dan Eropa. Akan tetapi, ekspor ini masih menggunakan pihak lain. Belum, dikelola sendiri.

"Jadi, ada buyer dari Jakarta yang beli minyak atisiri di kita. Lalu, minyak tersebut di ekspor," ujar Anjani.

Anjani menuturkan, dalam sepekan pihaknya mampu memroduksi dua ton pala. Dari dua ton bahan baku itu, 12 persennya menjadi minyak atsiri. Selebihnya jadi limbah. Bahan baku untuk minyak atisiri ini, selain dari buah, juga bisa dari daun dan fulinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement