REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) meminta pihak berwajib mengusut tuntas pelaku penembakan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. Jangan sampai pengusutan hanya berlandaskan stigma tanpa adanya bukti.
"Apa benar ini kelompok bersenjata dan yang diusut yang benar-benar melakukan kekerasan, tanpa ada stigma dan tuduhan tanpa bukti," kata peneliti ICJR Maidina Rahmawati, di Jakarta, Selasa (4/12).
ICJR belum mendapatkan informasi perkembangan lebih lanjut kasus penembakan terhadap puluhan pekerja PT Istaka Karya di Distrik Yigi. Namun, Maidina menegaskan penegakan hukum harus dilakukan.
Puluhan pekerja proyek pembangunan Trans-Papua di segmen lima, tepatnya kilometer 278, pada Sabtu-Ahad (1-2/12). Di sana, PT Istaka Karya sedang mendapat pekerjaan untuk membangun 14 jembatan.
Terkait peristiwa pembunuhan terhadap sejumlah pekerja PT Istaka Karya, Polri masih berusaha menuju lokasi kejadian untuk melakukan olah tempat kejadian perkara dan mengumpulkan bukti. Menurut informasi yang didapatkan dari Istaka Karya, diperkirakan terdapat 30 orang yang sedang bekerja membangun jembatan di lokasi kejadian saat penembakan terjadi.
Para pekerja diduga dibunuh saat membangun jembatan di Kali Yigi dan Kali Aurak di jalur Trans Papua, Kabupaten Nduga. Namun, Polri menyatakan jumlah korban jiwa hingga saat ini belum dapat dipastikan. Penyelamatan korban merupakan prioritas utama bagi tim yang bertugas di lokasi.
Akibat kejadian itu, pekerjaan di segmen lima dihentikan untuk sementara waktu. Proyek Trans Papua dikerjakan sejak akhir 2016 dan ditargetkan selesai 2019.