Selasa 04 Dec 2018 23:15 WIB

KLHK Minta Peran Bank Sampah Maksimal

Sumber utama sampah nasional 36 persen dihasilkan dari kegiatan rumah tangga.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Gita Amanda
Umar petugas bank sampah menimbang sampah di bank Sampah Flamboyan, Jakarta, Senin (15/10).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Umar petugas bank sampah menimbang sampah di bank Sampah Flamboyan, Jakarta, Senin (15/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memandang perlu membangun mentalitas bangsa yang peduli terhadap lingkungan dan bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan. Pelibatan publik dalam pengelolaan sampah nasional menjadi salah satu caranya.

Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, pendekatan pengelolaan sampah di sumbernya merupakan langkah efektif untuk mengurangi timbulan sampah. Hal ini juga memudahkan dalam penanganan sampah selanjutnya.

"Bank Sampah harus dapat menjadi social capital yang permanen dalam pranata sosial masyarakat Indonesia," katanya dalam acara Rapat Koordinasi bank Sampah Kelima di hotel Grand Mercure, Kemayoran, Senin (3/12).

Setidaknya, satu desa atau kelurahan memiliki satu bank sampah, serta minimal satu kabupaten atau kota memiliki bank sampah induk yang berfungsi sebagai off taker atau Bulog persampahan dari setiap timbulan sampah yang dihasilkan oleh bank sampah unit.

Dengan begitu, masalah sampah bisa teratasi sejak dini dengan pengelolaan yang tepat. Ia menambahkan, banyak sampah yang tercecer ke lingkungan dan berakhir di laut. Sebanyak 70 persen sampah di laut berasal dari daratan, sisanya 30 persen berasal dari kegiatan di laut (sea based management).

Untuk diketahui, sampah nasional pada 2016 sebesar 65 juta ton dihasilkan dengan estimasi timbulan sampahnya 0,7 kilogram per hari. Komposisi sampah nasional didominasi oleh sampah organik sebesar 57 persen, sampah plastik sebesar 16 persen dan sampah kertas 10 persen, sisanya 17 persen adalah sampah lainnya.  Ada peningkatan timbulan sampah plastik pada 2013 sebesar 14 persen menjadi 16 persen pada 2016 dan penurunan timbulan sampah organik nasional dari 60 persen menjadi 57 persen. 

"Hal ini membuktikan bahwa masyarakat lebih suka menggunakan produk-produk dengan kemasan sekali pakai seperti styrofoam, plastik sekali pakai atau produk-produk dengan pembungkus sachet yang sulit untuk diolah," kata dia.

Sumber utama sampah nasional 36 persen dihasilkan dari kegiatan rumah tangga. Sehingga pendekatan pengelolaan sampah harus dilakukan melalui pengelolaan sampah disumbernya, berbasis partisipasi masyarakat. Yakni dengan membangun kesadaran masyarakat (mindset) untuk memilah dan menerapkan prinsip 3R reduce, reuse dan recycle melalui pembangunan Bank Sampah di wilayah permukiman. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement