Senin 03 Dec 2018 18:31 WIB

Pilihan Warga Nahdliyin yang Beragam

Klaim NU solid ke Jokowi dinilai mentah.

Logo NU. Ilustrasi
Logo NU. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Fauziah Mursid, Febrianto Adi Saputro

JAKARTA -- Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo- Ma'ruf Amin, Abdul Kadir Karding, tak membantah bahwa suara warga Nahdliyin tidak bulat kepada pasangan nomor urut 01 di pemilihan presiden 2019. Sebab, dukungan warga Nahdliyin untuk pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno semakin banyak.

Terakhir, Prabowo-Sandi mendapatkan dukungan dari kelompok Nahdliyin muda Barisan Kiai dan Santri Nahdliyin. Karding mengatakan, NU merupakan organisasi besar, jadi wajar bila ada suara berbeda. "NU itu organisasi yang sangat besar, bahkan paling besar di Indonesia dan dunia, karena itu satu-dua yang berbeda dalam pilihan-pilihan politik adalah hal yang wajar," ujar Karding saat dikonfirmasi wartawan, Ahad (2/12).

Karding menyebutkan, itu merupakan dukungan alami dari keluarga Nahdliyin. Ia tidak memaksakan semua warga Nahdliyin untuk mendukung Jokowi-Ma'ruf. Namun, ia mengklaim, hal yang terpenting adalah sebagian besar para kiai NU, pondok pesantren, para cucu pendiri NU dan struktur NU dari pusat hingga ranting serta badan otonom NU mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf. "Sebagian lebih banyak mendukung Pak Jokowi-Kiai Ma'ruf. Menurut saya, kita alami saja," ujar Karding.

Ketua DPP PKB itu tidak ambil pusing dan memilih menguatkan soliditas di NU untuk mendukung Jokowi-Ma'ruf di pilpres 2019. Ia menilai waktu yang tersisa kurang lebih lima bulan cukup untuk menjaga dan meyakinkan keluarga Nahdliyin. "Tentu tugas kami di NU adalah memperkuat, menyolidkan terus menerus dukungan yang ada untuk Pak Jokowi-Kiai Ma'ruf Amin," ujarnya.

Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menilai dukungan kelompok Nahdliyin Muda Barisan Kiai dan Santri Nahdliyin ke Prabowo-Sandiaga menunjukkan dukungan Nahdliyin terbelah. Oleh karena itu, klaim bahwa suara Nahdliyin bulat ke pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin terbantahkan. "Jelas dukungan Nahdliyin terbelah. Klaim NU solid ke Jokowi mentah karena banyak kader, bahkan cucu pendiri NU, mendukung Prabowo," ujar Adi saat dihubungi wartawan, Ahad (2/12).

Menurut dia, dukungan dari masing-masing individu tidak ditentukan oleh organisasi. Ia menilai sikap individu tidak selalu satu garis lurus dengan kebijakan organisasi karena era demokrasi pemilihan saat ini adalah one man one vote. "Masing-masing individu yang menjadi penentu segalanya, bukan organisasi yang hanya sebatas wadah organisasi," ujar Adi.

Menurut dia, meski tidak ada data jumlah dukungan signifikan ke Prabowo-Sandiaga, dukungan tersebut tidak boleh disepelekan. "Mesti ada data riil soal sig nifikansi jumlah dukungan. Tapi, yang jelas, dalam demokrasi langsung, satu suara itu berguna, tak mungkin ada suara 10 tanpa satu suara," ujar Adi.

Sebelumnya, paslon Prabowo-Sandiaga kembali memperoleh dukungan dari kalangan Nahdliyin. Kini giliran kelompok Nahdliyin Muda Barisan Kiai dan Santri Nahdliyin yang mendeklarasikan dukungan ke Prabowo-Sandi. Barisan Kiai dan Santri Nahdliyin, relawan yang dipimpin langsung KH Solachul Aam Wahib Wahab, mengaku menjanjikan 60 persen suara bagi pasangan Prabowo-Sandi di wilayah Jawa Timur.

"Kami sudah melakukan konsolidasi selama kurang lebih tiga bulan di seluruh kabupaten di Jawa Timur. Semua berjalan baik dan lancar," ujar KH Solachul Aam Wahib Wahab melalui keterangan tertulis yang diterima Republika, Sabtu (1/12). ¦ ed: agus raharjo

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement