REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Inflasi di wilayah Bandar Lampung pada November 2018 sebesar 0,25 persen. Naiknya inflasi tersebut dipicu dari pengeluaran kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,94 persen. Sedangkan kelompok bahan makanan terjadi deflasi, dan kelompok sandang, pendidikan, rekreasi/olahraga stabil.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Yeane Irmaningrum mengatakan, inflasi Kota Bandar Lampung mengalami kenaikan karena Indeks Harga Konsumen (IKH) naik dari 134,39 pada Oktober 2018 menjadi 134,73 pada November 2018.
“Empat kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi di Kota Bandar Lampung, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,94 persen,” kata Yeane Irmaningrum pada ekspose di Kantor BPS Lampung, Senin (3/12).
Menurut dia, perkembangan harga berbagai komoditi pada November 2018, secara umum mengalami kenaikan. Adapun 10 komoditi yang memberikan andil inflasi terbesar selama November 2018 yakni nasi dengan lauk memberikan andil inflasi sebesar 0,17 persen; cat tembok 0,07 persen; bawang merah 0,04 persen; bensin 0,03 persen; cat kayu/cat besi 0,02 persen; besi beton 0,02 persen; pasta gigi 0,02 persen; tarip pulsa ponsel 0,01 persen; telur ayam ras 0,01 persen; dan bawang putih 0,01 persen.
Sedangkan empat kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,94 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,41 persen; kelompok kesehatan 0,43 persen; dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan 0,22 persen.
Yeane mengatakan, sumbangan kelompok pengeluaran terhadap inflasi Kota Bandar Lampung pada November tertinggi yakni kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,16 persen, kelompok perumahan, air, listrik dan gas dan bahan bakar andinya seber 0,12 persen. Sedangkan kelompok bahan makanan -0,07 persen.
Sebaliknya, kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,31 persen. Sementara kelompok sandang dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga tidak memberikan andil dalam pembentukan inflasi maupun deflasi.
Pada November 2018, inflasi Kota Bandar Lampung menempati peringkat ke52 dari 82 kota yang diamati perkembangan harganya. Dari 82 kota, 70 kota mengalami inflasi dan 12 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 2,05 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Balikpapan sebesar 0,01 persen.
Deflasi tertinggi terjadi di Medan sebesar 0,64 persen, sedangkan deflasi terendah terjadi di Pangkal Pinang dan Pematang Siantar masing-masing sebesar 0,01 persen.