Senin 03 Dec 2018 15:49 WIB

Perang Dagang Mereda, Rupiah Berpotensi Menguat

Cina sudah setuju untuk mulai membeli produk pertanian dari petani AS.

Bendera Cina-Amerika
Foto: Republika/Prayogi
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Jumat (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Lintar Satria, Lida Puspaningtyas

BUENOS AIRES -- Angin segar bagi perekonomian global datang dari arena KTT G- 20 di Buenos Aires, Argentina. Amerika Serikat (AS) dan Cina sepakat melakukan "gencatan senjata" dalam perang dagang selama 90 hari. Meredanya perang dagang diyakini bakal membuat nilai tukar rupiah melanjutkan penguatannya.

Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping setuju menunda penambahan tarif impor. Kesepakatan Trump dan Xi tercipta saat keduanya menggelar makan malam bersama di sela-sela KTT G-20, Sabtu (1/12) malam. Trump membatalkan rencana menaikkan tarif im por untuk produk Cina dari 10 persen menjadi 25 persen dengan total nilai 200 miliar dolar AS. Awalnya, kebijakan ini bakal diterapkan Trump pada 1 Januari 2019.

Sebagai timbal baliknya, Cina sepakat membeli produk pertanian, energi, industri, dan produk AS lainnya. Meskipun nilai pembelian belum disepakati, jumlahnya diyakini sangat besar dan bermanfaat menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara.

"Cina sudah setuju untuk mulai membeli produk pertanian dari petani kami secepatnya," demikian pernyataan Gedung Putih yang dikutip Reuters, Ahad (2/12). Namun, jika kesepakatan ini tak dijalankan Cina selama masa jeda perang dagang yang berlangsung selama 90 hari, Gedung Putih menegaskan bakal merealisasikan kenaikan tarif impor.

Selain penundaan kenaikan tarif impor, Trump dan Xi sepakat memulai pembicaraan mengenai perubahan struktural dalam bidang transfer teknologi, perlindungan hak cipta, hambatan nontarif, hingga keamanan siber.

Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mendeskripsikan, perbincangan Trump dan Xi dalam mencapai kesepakatan berjalan dengan penuh suasana keakraban. Dia mengatakan, keduanya berkomitmen memperbaiki hubungan bilateral dalam hal perdagangan dengan diskusi yang konstruktif.

"Kedua kepala negara sudah mencapai konsensus untuk menghentikan saling menaikkan tarif baru," kata Wang. Wang mengatakan, Cina bersedia meningkatkan impor produk AS yang dibutuhkan pasar domestik dan rakyat mereka. Termasuk produk-produk-produk AS yang dapat dipasarkan untuk meningkatkan keseimbangan perdagangan kedua negara.

"Kedua belah pihak sepakat untuk saling membuka pasar masing-masing. Kekhawatiran Amerika dapat diselesaikan sepenuhnya," kata Wang.

Kepala Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan, pertemuan Trump dan Xi dalam acara makan malam berlangsung selama 2,5 jam. Namun, ia tak menjelaskan panjang hasil pertemuan. Ia hanya mengatakan pertemuan berjalan dengan baik.

Pertemuan Trump dan Xi merupakan pertemuan yang paling ditunggu-tunggu di KTT G-20. Maklum, perang dagang AS dan Cina telah menyebabkan ketidakpastian dan membebankan perekonomian dunia.

Tujuan utama Cina dalam pertemuan memang untuk meyakinkan Trump untuk membatalkan rencana kenaikan tarif impor barang-barang Cina. Pasar keuangan diyakini akan merespons positif pertemuan ini.

Bahkan, pertemuan Trump-Xi di KTT G-20 disebut-sebut sebagai pertemuan terpenting AS dan Cina setelah bertahun-tahun. Pertemuan dilakukan setelah 20 negara perekonomian terbesar di dunia mendorong adanya perombakan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Negara anggota G-20 meminta WTO membuat peraturan tentang perselisihan dagang antara AS dan Cina.

Berdasarkan pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih, Trump sempat berkata kepada Xi bahwa AS berharap pertemuan menghasilkan sesuatu yang positif bagi kedua negara. Trump yang duduk persis di depan Xi saat makan malam, menyinggung catatan-catatan positif AS dan Cina.

Trump mengatakan, hubungan yang telah dibangun AS dan Cina menjadi alasan untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan bagi kedua negara. Adapun Xi bertutur kepada Trump bahwa kerja sama AS dan Cina dapat menciptakan kesejahteraan global.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement