REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Hasil monitoring gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan sekitarnya mencatat sepanjang 3.378 kejadian gempa. Dari angka itu, jumlah gempa dirasakan selama 2018 hingga November sebanyak 192 kejadian.
“Aktivitas kegempaan di NTB selama 2018 tercatat cukup tinggi. Hal ini akibat dampak dari kejadian gempa Lombok yang terjadi selama Juli hingga Agustus 2018," ujar Kepala Stasiun Geofisika Mataram, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Agus Riyanto di Mataram, NTB, Senin (3/12).
Kejadian gempa di NTB meliputi 3.012 kejadian gempa dengan kedalaman dangkal (h < 60 km), 342 kejadian gempa dengan kedalaman menengah (60 ≤ h ≤ 300 km), dan 24 kejadian gempa dengan kedalaman dalam (h > 300 km). Ia menjelaskan, terdapat 1.533 gempa bumi dengan magnitudo kurang dari 3.0, 1.778 gempa dengan magnitudo antara 3.0 sampai 5.0, dan 67 gempa dengan magnitudo lebih dari 5.0.
Agus menjelaskan NTB merupakan wilayah yang memiliki potensi cukup besar di bidang pariwisata karena keindahan alam dan budayanya. Namun di balik itu semua, wilayah NTB juga memiliki potensi terhadap bencana yang cukup besar khususnya bencana gempa bumi.
Agus menambahkan, secara umum, di NTB dan sekitarnya memiliki dua generator sumber gempa yang pertama. Pertama, zona pertemuan Lempeng Indo Australia dengan Lempeng Eurasia di sebelah selatan atau biasa dikenal dengan sebutan Zona Subduksi. Kedua, aktivitas Sesar Naik Belakang Busur Flores (Flores Back Arc Thrust) dari arah utara.
Dia mengatkan, sumber gempa di zona subduksi biasanya dapat menghasilkan gempa bumi dengan kedalaman dangkal, menengah, dan dalam dengan kecenderungan semakin ke utara lokasi gempa. Maka, kedalaman gempa semakin dalam akibat penunjaman lempeng yang semakin ke utara semakin dalam, sedangkan sumber gempa bumi akibat Sesar Naik Belakang Busur Flores biasanya menghasilkan gempa dengan kedalaman dangkal.
Selama 2018, NTB dan sekitarnya didominasi kejadian gempa dengan kedalaman dangkal (D < 60 Km) dan kedalaman menengah (60 Km ≤ D ≤ 300 Km) berturut-turut sebanyak 3.012 kejadian dan 342 kejadian, sedangkan untuk kejadian gempa dengan kedalaman dalam (D > 300 Km) hanya terdapat 24 kejadian.