REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kementerian Perhubungan tertarik berkerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengembangkan inovasi kapal bambu buatan mereka. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berpendapat, kapal bambu tersebut nantinya bisa ditempatkan di tempat-tempat wisata yang ada di Indonesia.
"Saya tertarik ada kapal dari bambu. Kami akan aplikasikan ke tempat wisata karena itu kearifan lokal. Kami juga ada program pemberdayaan masyarakat yang jumlahnya 11 ribu. Kami ingin apa yang dilakukan dalam proyek pemberdayaan masyarakat relevan dengan domain kami," kata Budi Karya saat mengunjungi ITS, Surabaya, Jumat (30/11).
Budi menjelaskan, kapal bambu buatan ITS sangat cocok ditempatkan di obyek wisata. Diharapkan ditempatkannya kapal bambu dapat menjadi stimulus bagi orang lain untuk mereplikasi pembuatan kapal berbahan dasar bambu tersebut. Mengingat saat ini bahan dasar kapal dari kayu sudah semakin susah didapat dibanding bambu yang lebih praktis dan mudah didapat.
"Saya sampaikan kalau itu bisa dibuat dengan harga kompetitif kami bisa bangun seperti di Palembang, di Danau Toba dan di beberapa tempat. Supaya kearifan lokal yang dikembangkan ITS menyebar ke seluruh tanah air. Saya minta ke Wakil Rektor ITS kalau sesuai anggaran bisa kerja sama," ujarnya.
Selain pengembangan kapal bambu, Kemenhub juga tertarik bekerja sama bidang laut dengan ITS, seperti tata kelola laut, dan lain sebagainya. Budi ingin selalu melibatkan perguruan tinggi dalam setiap kebijakannya untuk mengakomodasi inovasi yang telah dibuat oleh perguruan tinggi di Indonesia.
Budi juga berpendapat, industri perkapalan di Indonesia adalah yang sangat penting. Sebab, sebagian besar wilayah Indonesia adalah laut, terutama di bagian timur. Artinya, koneksi antarpulau harus dihubungkan dengan kapal.
"Memang butuh inovasi dari bidang kelautan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Tantangan inovasi adalah keekonomian, inovasi tanpa keekonomian yang baik dia tidak bisa digulirkan dan hanya akan barang riset," katanya.
Dia juga memberi masukan kepada ITS agar dalam pembuatan riset harus juga melihat dan memikirkan aspek keekonomian. Sehingga riset yang dilakukan tidak sebatas menjadi pajangan, tetapi bisa dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.