Jumat 30 Nov 2018 08:54 WIB

Wisatawan Gunung Sindoro Dilarang Bawa Tisu Basah

Tisu basah memang praktis dipakai namun baru bisa terurai dalam waktu tahunan.

Tisu Basah
Foto: ist
Tisu Basah

REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG -- Para wisatawan pendakian Gunung Sindoro di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, dilarang membawa bekal tisu basah. Alasannya untuk menjaga kebersihan di kawasan gunung dengan ketinggian 3.140 meter di atas permukaan laut tersebut.

Anggota Grasindo selaku pengelola Basecamp Pendakian Gunung Sindoro via Kledung, Widodo di Temanggung, Jumat (30/11) mengatakan, larangan membawa tisu basah tersebut berlaku mulai 12 November 2018. Ia mengatakan larangan membawa tisu basah tersebut karena biasanya setelah dipakai, pendaki membuangnya sembarangan. Padahal tisu basah tersebut tidak bisa terurai dalam waktu singkat sehingga akan mengganggu lingkungan.

    

"Sebenarnya tisu basah tersebut paling praktis digunakan waktu pendakian, namun limbah tisu tersebut baru bisa terurai dalam waktu tahunan," katanya.

Ia mengatakan larangan membawa tisu basah tersebut berlaku bukan hanya di Gunung Sindoro, tetapi di seluruh wilayah pendakian di bawah pangkuan Perum Perhutani KPH Kedu Utara. "Peraturan itu kami buat dengan kesepakatan bersama para pengelola pendakian di KPH Kedu Utara seperti Gunung Andong, Gunung Ungaran, dan lainnya," katanya. 

Ia menuturkan orang melihat tisu basah di atas gunung pasti berpikiran habis dipakai untuk buang hajat, padahal bisa jadi untuk membersihkan alat masak. "Namun, kesannya untuk buang air besar sehingga jorok. Oleh karena itu sedikit demi sedikit menghilangkan tisu basah karena tidak bagus untuk lingkungan," katanya.

Menyinggung jumlah wisatawan yang mendaki Gunung Sindoro pada musim hujan, dia mengatakan tetap diminati masyarakat meskipun risikonya lebih tinggi dibanding saat musim kemarau. "Pendakian pada musim hujan tidak masalah, jumlah pengunjungnya hampir sama dengan musim kemarau, rata-rata 300 pengunjung dalam satu pekan," katanya.

Ia menuturkan para pendaki Gunung Sindoro, antara lain berasal dari Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang. Menurut dia, pendakian ibarat sudah menjadi makanan sehari-sehari para pendaki, sehingga mereka tidak mengenal musim, baik musim kemarau maupun musim hujan tidak ada pengaruhnya. "Kadang orang naik gunung justru mencari tantangan, sehingga bagi mereka tidak masalah," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement