REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Wilda Fizriyani
Fenomena kembali ke agama sebagai jalan hidup kerap diasosiasikan dengan kaum paruh baya yang telah mapan. Kendati demikian, beberapa tahun belakangan semangat serupa juga kian tampak di kalangan pemuda kota-kota besar di Indonesia. Wartawan-wartawati Republika mencoba menangkap geliat gerakan ini di sejumlah daerah. Berikut tulisan bagian keempat.
Secara kasat mata, fenomena kaum milenial hijrah yang marak di kota-kota besar belakangan tampak di luar struktur ormas-ormas Islam yang mapan di Tanah Air. Para penggerak dan penceramah juga kebanyakan bukan tokoh yang dituakan dalam struktur ataupun kultur ormas-ormas Islam tersebut. Meski begitu, bukan berarti generasi milenial dari unsur tradisionalis tinggal diam.
Di Kota Malang, GP Ansor, sayap kepemudaan Nahdlatul Ulama (NU), memiliki kegiatan keagamaan keliling mushala dan masjid. "Itu dimulai sekitar tiga tahunan ini, dengan berkeliling ke masjid dan mushala. Diinisiasi GP Ansor Kota Malang," ujar Ketua Pengurus GP Ansor, Kebonsari, Kota Malang, M Syifaurrahman, kepada Republika, belum lama ini.
Ide kegiatan semula ia cetuskan dan kemudian dimasukkan ke dalam program GP Ansor Kota Malang. Kegiatan tersebut hadir dari kekhawatiran pria yang biasa disapa Gus Syifa ini terhadap pemikiran dan aliran radikalisme yang terus bermunculan sampai sekarang.
Kebanyakan para kalangan muda, menurut dia, lebih banyak terlibat dalam aksi-aksi yang keliru tersebut. "Dari situ, kita mencoba mengelilingi mushala dan langgar dengan gaya sederhana sehingga dapat diterima baik oleh para pemuda," kata dia.
Gus Syifa tak menampik, menarik minat pemuda untuk berkegiatan keagamaan bukan hal mudah. Meski demikian, dia berpikir, semua itu kembali pada kemasan penyampaian kajian keagamaan. Tidak hanya materi yang harus kekinian, tetapi juga bahasa yang disampaikan pemateri. Hal ini termasuk bagaimana menyesuaikan penampilan berdasarkan forum yang dihadiri.
Hal yang paling ditekankan pada materi yang biasa disampaikan Gus Syifa memang berkenaan dengan radikalisme. Namun, Gus Syifa menilai, tema lain juga tak kalah pentingnya untuk disampaikan kepada para generasi muda. Dalam hal ini, ia selalu menyempatkan diri memberikan pemahaman terkait keperempuanan dan isu-isu terkini lainnya.
"Materi terkadang kita sisipkan tentang keperempuanan untuk menarik minat perempuan, seperti masalah haid dan nifas serta sebagainya. Ada juga materi hoaks, pelarangan agama terhadap umpatan dan ujaran kebencian. Sekaligus juga kita berusaha untuk menanggulangi tentang persiapan Pemilu 2019 agar ukhuwah Islamiyah kita tidak rusak," ujar Gus Syifa.
Dalam sepekan, Gus Syifa setidaknya menyediakan jadwal Rabu dan Jumat untuk berkeliling menyampaikan dakwah. Penentuan di mana lokasi penyampaian materi kembali pada permintaan pemuda setempat ataupun keinginan GP Ansor sendiri. Hal yang pasti, kegiatan keagamaan organisasinya selalu diinformasikan terlebih dahulu melalui pengeras suara di masjid setempat.
Semenjak melaksanakan gerakan berkeliling masjid dan mushala, Gus Syifa mengaku, tren pemuda yang hadir cukup baik. Bahkan, dapat disebut lebih banyak mengalami peningkatan, terutama pemuda yang duduk di bangku SMA dan kuliah.
"Banyak meningkatnya, tapi karena ratarata mayoritas kalangan anak SMA, mereka kemudian kuliah dan ada yang kuliah ke luar daerah dan kerja. Jadi, sebagian jamaah memang ada yang menghilang, tapi yang masih di lingkungan, masih tetap ikut," kata dia menambahkan.
Bersambung ke halaman berikutnya..