Kamis 29 Nov 2018 14:38 WIB

Jalur Puncak Riung Gunung Rawan Longsor

Truk dan bus dilarang melintas.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Pengerjaan talud ruas jalan Riung Gunung, Cisarua, Kamis (29/11) tengah berlangsung. Talud dimaksudkan untuk mengantisipasi longsor yang kerap terjadi di wilayah tersebut.
Foto: Republika/Imas Damayanti
Pengerjaan talud ruas jalan Riung Gunung, Cisarua, Kamis (29/11) tengah berlangsung. Talud dimaksudkan untuk mengantisipasi longsor yang kerap terjadi di wilayah tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Retaknya penahan tanah (talud) di Riung Gunung, Cisarua, pada Rabu (28/11) kemarin, membuat pihak kepolisian menerapkan strategi pengalihan jalur untuk mengantisipasi penumpukan kendaraan di wilayah tersebut. Pasalnya, wilayah rentan longsor tersebut dikhawatirkan menahan beban kendaraan berlebih utamanya saat hujan turun di akhir pekan. 

Hal itu disampaikan KBO Lantas Polres Bogor Iptu Vino Lestari, di Riung Gunung, Cisarua, Puncak, Kamis (29/11). Menurutnya, jalur Riung Gunung yang tengah dalam perbaikan sejak Februari silam, sudah tidak boleh dilintasi bus dan truk untuk sementara waktu. Lapisan tanah di jalur tersebut telah terkikis dan tidak lagi memiliki penahan, sehingga jika hujan turun, dikhawatirkan longsor terjadi. 

"Jalur ini memang rentan longsor, maka untuk sementara waktu, bus dan mobil truk dilarang melintas," ujarnya.

Terkait informasi temuan di lapangan tentang masih adanya truk dan bus yang masih melintas di wilayah itu, Vino membenarkan hingga saat ini masih menemui bus dan truk yang melintas. Namun, menurutnya, pihak kepolisian belum menindaklanjuti ataupun memberikan sangsi untuk menghindari benturan-benturan. 

photo
Pengerjaan talud ruas jalan Riung Gunung, Cisarua, Kamis (29/11) tengah berlangsung. Talud dimaksudkan untuk mengantisipasi longsor yang kerap terjadi di wilayah tersebut.

Menurutnya, sosialisasi pengalihan jalur lebih diutamakan agar kendaraan berat tidak melintas. Ia menyebut, sejauh ini pihak kepolisian hanya akan memerintahkan kendaraan berat untuk berputar balik jika hendak melintas wilayah jalur tersebut, dan memberikan informasi rute pengalihan jalur yang ada.

"Kalau ada kendaraan berat yang melintas, kami akan perintahkan putar balik dan melintas ke jalur peralihan yang ada," ujarnya. 

Menurut Vino, kondisi jalur saat ini tengah dilakukan pengerjaan perbaikan di bagian beton penahan (turab), serta dipasang kayu penjaga yang membuat jalur sedikit agak menyempit. Namun begitu, dari pantauan Republika pada Kamis (29/11), arus lalu lintas terpantau lancar dengan dua jalur kanan kiri.

Sementara itu, penurunan tanah di lokasi sudah sedalam 20 hingga 50 sentimeter. Retakan juga menyebar di bibir badan jalur penghubung Bogor-Cianjur tersebut. 

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Balai Besar Pelaksana Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Elsa Putra Fitriadi mengatakan, retakan tebing di kawasan Riung Gunung terjadi karena masih adanya kendaraan berat dan besar yang melintas. Menurutnya, getaran dari kendaraan tersebut memicu retakan. Padahal, menurutnya, sejak kejadian longsor Februari lalu, kendaraat berat dan besar dilarang melintasi kawasan Gunung Mas hingga Ciloto. 

"Retakan itu terjadi karena tanah jalur tersebut tidak mampu menahan volume kendaraan yang melintas, terlebih hujan terus di wayah itu," katanya mengkonfirmasi. 

Menurutnya, dari informasi yang ia dapat dari para pekerja proyek, kerap kali ditemui kendaraan-kendaraan berat yang masih melintas di jalur tersebut. Menurutnya, efek getaran dari kendaraan berat yang melintas berdampak pada retak dan amblesnya jalur perbaikan itu. 

Ia berharap retakan tanah tidak menyebabkan longsor, mengingat sebagian tebing tersebut sudah dibangun pondasi berbentuk tabung (bore pile). Ia menuturkan, pengerjaan jalur yang retak akan dicor hingga setinggi jalan sehingga retakan yang ada dapat tertimbun dengan tanah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement