Kamis 29 Nov 2018 09:30 WIB

Sikap Pemuda Muhammadiyah di Pilpres Usai Dahnil Lengser

Muktamar Pemuda Muhammadiyah memilih Sunanto sebagai ketua umum terpilih.

Rep: Wahyu Suryana, Silvy Dian Setiawan, Rizky Suryarandika/ Red: Andri Saubani
Peserta Muktamar Pemuda Muhammadiyah asal Jawa Timur, Selasa (27/11).
Peserta Muktamar Pemuda Muhammadiyah asal Jawa Timur, Selasa (27/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke-XVII di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Rabu (28/11) menetapkan Sunanto sebagai ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah. Tokoh Muda Muhammadiyah ini berhasil meraih kepercayaan para peserta muktamar.

Pada Muktamar XVII, Sunanto meraih 590 suara. Sunanto mengungguli calon lain seperti Ahmad Labib yang meraih 292 suara, Ahmad Fanani 266 suara, Faisal dan Muhammad Sukron masing-masing dua suara dan Andi Fajar Asti nol suara.

Sunanto atau akrab disapa Cak Nanto menyatakan tak mau mengorbankan proses panjang keterpilihannya dengan gerakan dukung mendukung salah satu pasangan calon (paslon) di Pilpres 2019. Ia ingin menjaga khittah dan marwah Persyarikatan Muhammadiyah.

"Tapi perlu juga mengisi ruang politik dengan keadaban dan kebajikan. Sebab jangan pernah berpangku tangan dan menunggu untuk berkemajuan," katanya dalam keterangan resmi pada Kamis (29/11).

Cak Nanto memilih jalan untuk memperkokoh gerakan Pemuda Muhammadiyah di bawah tenda besar tauhid, ilmu, dan amal. Cak Nanto menetapkan Pemuda Muhammadiyah akan terus bergerak memajukan bangsa.

“Kemajuan, dalam komitmen saya juga terletak pada kemajuan dan kesuksesan dalam berkepribadian” ujarnya.

Cak Nanto mengakui saat ini Pemuda Muhammadiyah dihadapkan dengan tahun politik. Ia berpesan semua kader harus menjaga khittah Persyarikatan Muhammadiyah yaitu menjaga kedekatan yang sama dengan semua partai politik dan calon presiden.

"Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah dan kultural. Tidak boleh menyeretnya kepada kepentingan politik pragmatis. Individu-Individu silakan, itu pilihan, tapi jangan bawa-bawa nama besar Muhammadiyah," ucapnya.

Diketahui, Cak Nanto lahir di Sumenep, Jawa Timur, merupakan kader otentik persyarikatan yang tumbuh dan berkembang dari proses perkaderan Muhammadiyah. Ia dibesarkan di Panti Asuhan Muhammadiyah (PAM) Sumenep.

Alumni Pondok Pesantren Sobron, Jawa Tengah ini berjuang memupuk kapasitas dirinya dengan aktif bergiat di ortom; IPM, IMM, dan Pemuda Muhammadiyah. Sebelum terpilih menjadi ketua umum, Cak Nanto merupakan Ketua Hikmah dan Hubungan Antar Lembaga Pemuda Muhammadiyah.

Cak Nanto, selain berdakwah di persyarikatan juga bekerja di dunia kepemiluan. Ia menghabiskan 10 tahun di Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR). Sampai sekarang, Cak Nanto adalah Koordinator Nasional JPPR.

Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak berharap ketua umum baru lebih baik dari dirinya. Seperti diketahui, Dahnil saat ini telah bergabung ke kubu pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.

"Mudah-mudahan (ketum baru) menjadi lebih baik dan saya pikir ada kandidat-kandidat yang tentu jauh lebih baik dari saya dan mereka bisa membawa Pemuda Muhammadiyah lebih melesat dan mencerahkan," kata Dahnil di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Bantul, DIY, Rabu (28/11).

Selain itu, ia juga berharap ketum baru ini dapat lebih memajukan Pemuda Muhammadiyah. Tentunya juga dapat memimpin Pemuda Muhammadiyah. Dahnil berpesan kepada siapa pun dari kandidat yang terpilih untuk terus berdakwah sesuai dengan amar ma'ruf nahi munkar. Sebab, dakwah merupakan tugas bagi generasi muda dan harus terus dilakukan.

"Dari Pemuda Muhammadiyah, harus berani amar ma'ruf nahi munkar, dakwah kemanusiaan dan dakwah sosial kemasyarakatan dan elektualitas," katanya.

Ia juga berpesan tidak hannya untuk ketum baru saja, namun juga kepada seluruh  Pemuda Muhammadiyah agar terus menjaga netralitas dalam politik. Terlebih tahun ini merupakan tahun politik. Untuk itu, ia mengimbau agar seluruh Pemuda Muhammadiyah dapat menjalin kedekatan dengan partai politik mana pun.

Baca juga

Pesan Busryo

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Hukum, HAM, dan Kebijakan Publik Busyro Muqoddas mengatakan, tahun politik ini sangat rawan dengan berbagai bentuk politik uang. Karena itu, ketua umum Pemuda Muhammadiyah terpilih nanti harus terbebas dari politik uang.

"Sehingga, Pemuda Muhammadiyah itu, ketua umumnya punya keberanian yang berbasis kepada indepedensi," kata Busyro di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Bantul, DIY, Selasa (27/11).

Tidak hanya independen, seluruh kandidat ini juga harus sejalan dengan prinsip Pemuda Muhammadiyah dan tentunya jauh dari praktik suap. Sebab, saat ini praktik suap semakin sistematik dan membudaya

"Pemuda Muhammadiyah bisa berpotensi dibeli oleh peleceh dan penghina demokrasi. Jangan pemuda itu terbeli, maka syarat ini menajadi penting," kata Busyro.

Ia menegaskan, jika ada dari keenam kandidat ini yang terlibat dalam praktik politik uang dan suap maka tidak akan dipilih sebagai Ketum. Sebab, Pemuda Muhammadiyah harus memiliki pemimpin yang bermoral, berakhlak, dan berintegritas.

"Pemuda Muhammadiyah ini sebagai salah satu organisasi masyarakat sipil, pilarnya itu (menghindari praktik politik uang dan budaya suap)," tambah Busyro. 

Hal yang lebih penting, lanjutnya, jika ada Pemuda Muhammadiyah yang terlilbat, maka harus diproses melalui hukum. Hal itu dilakukan guna menjauhkan Pemuda Muhammadiyah dari hal-hal yang dapat merusak pilarnya.

"Jangan sampai ada orang sipil seperti Pemuda Muhammadiyah itu dirusak oleh kekuatan-kekuata yang mendestruksi, merusak anak-anak muda ini. Itu sebuah penghinaan kalau ada," ucapnya.

[video] Muhammadiyah: Pilih Pemimpin yang Peduli Dakwah Serta Perjuangan Islam

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement