REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sodik Mudjahid mengaku heran dengan sikap Badan Intelijen Negara (BIN) yang menyuarakan hasil survei terkait radikalisme masjid. Survei itu menyampaikan bahwa sebanyak 41 masjid di lingkungan pemerintah terpapar paham radikalisme.
Hasil survei Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Nahdlatul Ulama itu disuarakan oleh Juru Bicara Kepala BIN Wawan Hari Purwanto.
"Riset atau survey mempunyai standar metodologi yang berpengaruh kepada validitas dan realibilitas hasil riset tersebut," jelas Sodik dalam pesan singkatnya kepada Republika.co.id, Kamis (29/11).
Sementara, Sodik menilai survei yang dilakukan P3M itu dilakukan dengan metodologi yang sangat lemah sehingga konsekuensinya bisa diabaikan atau tingkat kepercayaannya rendah.
Menurutnya, saat di acara diskusi di salah satu stasiun televisi swasta, pelaku survei mengatakan surveinya baru bersifat infikatif dan bukan bersifat konklusif. "Tentu ini membuktikan lemah dan kacaunya metodologi yang digunakan. Apalagi mereka (P3M) katakan bisa benar bisa salah," tutur Sodik.
Politikus Partai Gerindra itu menyatakan seharusnya survei itu menggunakan metodologi yang benar akan mempertahankan hasil surveinya dengan benar bukan keragu-raguan. Hal ini tentu akan bahaya jika lembaga sekelas BIN percaya dengan survei seperti itu. "Mengapa BIN percaya pada hasil survei abal-abal, dan menyebarluaskannya?" keluhnya.