Rabu 28 Nov 2018 20:23 WIB

Lion Air Denpasar-Jakarta Berkasus Sama, Tapi Beda Respons

Ada upaya pilot seimbangkan ketinggian karena AoA kiri dan kanan berbeda 20 derajat.

Puing pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (7/11).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Puing pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (7/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil penyelidikan jatuhnya Lion Air di Laut Jawa mulai diungkap ke publik. Komite Nasional Keselamatan Transportasi  (KNKT) mengungkapkan, adanya tarik-menarik kendali antara sistem otomatis dan sistem manual pilot yang disebabkan kerusakan sensor angle of attack (AoA) sehingga menunjukkan informasi tidak sesuai.

Investigator Subkomite Penerbangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi  Nurcahyo Utomo dalam konferensi pers pengumuman laporan awal investigasi kecelakaan Lion Air JT 610 di Jakarta, Rabu menjelaskan, kotak hitam Flight Data Recorder (FDR) menunjukan adanya upaya pilot menyeimbangkan ketinggian karena AoA kiri dan kanan berbeda 20 derajat. "AoA di sebelah kiri itu lebih berat dari yang kanan," katanya.

Baca juga,  Dokter Ini Sempat Kirim Foto di Pesawat Lion Air yang Jatuh.

Dalam pemaparannya, Nurcahyo menjelaskan pada penerbangan sebelumnya, yakni Denpasar-Jakarta juga terjadi ketidaksesuaian AoA antara kiri dan kanan.

Namun, akhirnya pilot mematikan sistem otomatis dan mengendalikannya secara manual hingga bisa selamat sampai Jakarta. Meskipun, kata ia, hal itu tetap melanggar buku manual maskapai karena seharusnya pesawat kembali ke bandara asal.

"Kapten Pilot melakukan deklarasi `PAN PAN' karena mengalami kegagalan instrumen kepada petugas pemanduan lalu lintas penerbangan Denpasar dan meminta untuk melanjutkan arah terbang searah dengan landasan pacu. melaksanakan tiga non-normal checklist dan tidak satupun dari ketiga prosedur dimaksud memuat instruksi untuk melakukan pendaratan di bandar udara terdekat," katanya

Sementara itu, untuk pesawat JT 610 Jakarta-Pangkal Pinang, pilot tidak mematikan sistem otomatis. Akibatnya terus berkutat mencari ketinggian yang seimbang. Hal  terlihat dari FDR yang merekam naik turun ketinggian hingga kehilangan daya angkat (stall) dan menukik jatuh ke perairan Tanjung Karawang.

"Setelah flaps dinaikkan, FDR merekam `trim aircraft nose down' otomatis berhenti ketika flaps diturunkan. Ketika flaps dinaikkan kembali `trim aircraft nose down' otomatis dan input dari pilot untuk melakukan trim aircraft nose up terjadi kembali dan berlanjut selama penerbangan," katanya.

Dalam kesempatan sama, Koordinator Investigasi Keselamatan Udara KNKT Oni Soerjo Wibowo menjelaskan, AoA yang rusak saat penerbangan Denpasar menuju Jakarta sudah diganti. Penerbangan JT 610 Jakarta- Pangkal Pinang memakai AoA yang baru dan sudah dites. "Sudah diganti, setiap komponen ini ada sertifikasinya dan itu bukan 'recycle'," katanya.

Lebih lanjut, tim investigasi akan melakukan beberapa pemeriksaan termasuk pemeriksaan sensor AoA dan simulasi penerbangan dengan menggunakan engineering simulator milik Boeing.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement