Rabu 28 Nov 2018 15:13 WIB

Imbauan MUI Jabar Terkait Reuni 212

MUI Jabar berpandangan reuni 212 sudah kehilangan esensinya.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ratna Puspita
Ketua MUI Jabar Rachmat Syafei (tengah), didampingi Wakil Ketua MUI Jabar Mustofa Djamaluddin (kanan) dan Sekum MUI Jabar Rafani Akhyar (kiri), memberikan keterangan kepada media di gedung Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jabar, Bandung, Jawa Barat, Senin (31
Foto: Antara/Agus Bebeng
Ketua MUI Jabar Rachmat Syafei (tengah), didampingi Wakil Ketua MUI Jabar Mustofa Djamaluddin (kanan) dan Sekum MUI Jabar Rafani Akhyar (kiri), memberikan keterangan kepada media di gedung Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jabar, Bandung, Jawa Barat, Senin (31

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jabar mengimbau masyarakat di Jabar agar tidak ikut serta dalam kegiatan reuni 212 yang rencananya akan digelar pada 2 Desember 2018 di Jakarta. MUI Jabar berpandangan kegiatan yang dilakukan sudah kehilangan esensinya.

"Dari hasil pengamatan kami, kegiatan reuni 212 itu sudah tidak murni lagi sebagai kegiatan keagamaan. Kegiatan sudah melenceng ke arah politik," ujar Ketua MUI Jabar KH Rachmat Syafe'i di kantor MUI Jabar, Kota Bandung, Rabu (28/11).

Rachmat mengatakan, sejatinya kegiatan 212 muncul dari peristiwa penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu. MUI pun mengeluarkan pendapat dan sikap keagamaan.

Kemudian, Ahok sudah dinyatakan bersalah bahkan kini masih menjalani hukuman pidana. Karena itu, menurut Rachmat, jadi banyak masyarakat yang datang ke MUI Jabar, menanyakan esensi 212. 

Sebab, masalah yang memicu munculnya gerakan 212 sudah selesai. "Kan kasus pak Ahok, jadi tidak ada esensi sekarang harus melaksanakan reuni. Sekarang masalahnya apa? Kan sudah selesai," katanya.

Menurut Rachmat, MUI Jabar mengimbau masyarakat untuk tidak terprovokasi dengan kegiatan yang tidak jelas asal-usulnya. Ia menilai, masyarakat lebih baik melakukan kegiatan yang bermanfaat, misalnya melaksanakan pengajian di masjid-masjid, istighosah, atau dzikir bersama untuk keselamatan bangsa Indonesia.

"Ini semua kan demi NKRI. Disamping usaha, doa juga tetap harus dilakukan. Minta agar bangsa ini diselamatkan dan dijauhkan dari sifat kegaduhan, kerusuhan dan lain sebagainya," kata Rachmat.

Rachmat pun meminta kepada masyarakat untuk tidak membungkus kegiatan politik dengan keagamaan. "Kegiatan politik silahkan saja berjalan, tapi jangan sampai menggunakan embel-embel agama," katanya.

Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar mengatakan, esensi kegiatan 212 saat ini memang sudah tidak ada lagi. Kegiatan itu lebih condong mengarah pada politik. Sikap MUI Jabar, sudah jelas dalam menyikapi masalah tersebut.

"Intinya memang sudah tidak ada lagi esensinya. Karena itu kami imbau masyarakat, umat, untuk memanfaatkan waktu bagi hal yang lebih produktif," kata Rafani.

Ia mempersilahkan masyarakat beraktivitas di masjid menggelar majelis taklim, melakukan dzikir bersama, dan kegiatan lain untuk memohon keamanan keselamatan di tahun politik ini. Di sisi lain, tidak mempermasalahkan ada warga yang bergabung pada reuni 212.

Saat ditanya apakah di Jabar akan ada warga yang tetap memaksakan diri bergabung pada kegiatan reuni 212, Rafani mengiyakan. Namun dari laporan, jumlahnya tidak signifikan. 

Dari laporan di daerah, warga Jabar tidak akan terlalu banyak yang berangkat ke acara reuni 212. "Tiap kabupaten kota ada yang berangkat, tapi tidak singnifikan jumlahnya," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement